Sabtu, 30 November 2019
Jika Ada Yang Mengganjal, Komunikasikan
Jika kamu merasa "tak enak hati" takut menyakiti, lalu apa bedanya hubunganmu dengan sekedar rekan sejawat semata?
Tapi susahnya aku selalu merasa kesal setelah kau mengungkapkannya.
Oh ternyata seperti itu pemikiranmu?
Tak ku sangka seperti itu.
Aku yang tidak sportif sendiri, aku merasa kesal dengan keterbukaan.
Katanya ketika tidak sesuai ekspektasi, kembalikan lagi bahwa hubungan kita adalah proses belajar. Belajar untuk memahami, belajar untuk mengerti.
Tapi sulit bagiku untuk belajar, keegoanku sangat besar.
Memang pengalaman baru bagiku, aku yang selalu nyaman dengan kesendirian.
selalu tak peduli dengan pandangan orang. Sekarang harus dirumitkan dengan sebuah hubungan.
Harus lebih berhati-hati dalam bertindak,
harus lebih menerima dengan segala perbedaan.
Ah..hidup memanglah proses belajar.
Selasa, 25 Juni 2019
Menghargai Diri Sendiri Itu Penting
Selasa, 04 Juni 2019
Pesan Untuk Para Pembaca Setia
Senin, 13 Mei 2019
Padamu, GURU
Sabtu, 20 April 2019
Berbagi dan Berbahagialah
Pernahkah kalian merasa, kalian begitu egois karena mengabaikan permintaan tolong dari orang lain?
Kalian sebenarnya ingin menolong, namun kalian merasa sedang tidak berada dikondisi yang tepat untuk menolong karena kalian pun sedang membutuhkan. Lalu, kalian menyalahkan mereka yang datang meminta pertolongan. Mereka datang diwaktu yang tidak tepat. Coba saja jika mereka datang dilain waktu, akan berlainan ceritanya. Kalian pasti dengan tangan terbuka menerima kedatangan mereka dan menyanggupi permintaan tolongnya.
Begitukah? Coba kalian pikir lagi. Mereka tidak pernah tahu waktu datangnya musibah. Siapa yang mau mengundang musibah itu datang pada diri mereka sendiri. Semua tiba-tiba terjadi, lalu mereka merasa tidak mampu menghadapi sendiri akhirnya mereka datang kepadamu meminta pertolongan.
Setiap orang selalu mempunyai kesempatan untuk menolong orang lain, namun kebanyakan manusia sering lupa akan kesempatan itu. Mereka cenderung bersikap egois dengan hanya fokus pada diri mereka sendiri.
Uluran tangan sangat bermakna bagi mereka yang sedang membutuhkan. Kalian menjadi sangat berharga dimata mereka saat datang dengan membawa yang mereka harapkan.
Nabi Saw bersabda:
"Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya"
"Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, dan tangan di bawah adalah yang menerima"
Sempat rasanya tersentak mendengar penuturan dari murid cantik saya.
Namanya Putri, dia gadis cilik nan imut dan ceria. Suatu ketika disela jam istirahat, dia mengajakku bercengkrama di teras depan kelas.
"Bu guru, bu guru hobinya apa?"
Seketika aku merespon pertanyaannya dengan jujur, berharap jawabanku ini bisa menginspirasi muridku itu untuk lebih giat belajar.
"Bu guru hobinya menulis, tetapi sebelum menulis bu guru banyak membaca buku-buku dulu". Jawabku dengan senyum bangga
Lalu dia merespon balik jawabanku
"Kalau aku hobinya menolong, kalau aku tidak bisa menolong itu rasanya sedih sekali" tuturnya penuh ekspresi
Sontak aku merasa tertampar. Aku malu akan penuturannya, aku malu akan diriku sendiri yang selama ini begitu menutup mata. Selama ini, kita para orang dewasa tidak menjadikan "menolong" sebagai prioritas. Kita cenderung menempatkan "menolong" sebagai pilihan saja. Kalau kita bisa, ya menolonglah. Namun kalau kita tidak sanggup, ya sudah. Tak perlu menjadi beban. Toh, itu bukan urusan kita. Itulah yang menjadi mindset kita selama ini. Niat hati ingin memberi inspirasi murid, justru saya yang terinspirasi dari murid tersebut.
Salah satunya DOMPET DHUAFA, dengan menyalurkan bantuan anda ke sana maka anda membantu mengentaskan kemiskinan dalam masyarakat. Dompet dhuafa menyediakan berbagai fitur pelayanan dalam menyumbangkan bantuan, di antaranya:
1. Kanal donasi online donasi.dompetdhuafa.org
2. Transfer bank
3. Counter
4. Care visit (meninjau langsung lokasi program)
5. Tanya jawab zakat
6. Edukasi Dakar
7. Laporan donasi
Kalian bisa memilih salah satu fitur layanan yang sesuai dengan kebutuhan anda. Jika anda orang sibuk, maka anda bisa memilih fitur yang pertama. Untuk info lebih lanjut, kalian bisa membuka situsnya di www.dompetdhuafa.org
Sabtu, 16 Februari 2019
Terjebak dalam TTM
TTM atau Teman Tapi Mesra. Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah punya pengalaman dalam hal ini? Bagaimana perasaan kalian?
Setiap orang mungkin berlainan ceritanya karena perbedaan latar belakang, tapi dalam bentuk apa pun TTM itu adalah hal yang abstrak dan melelahkan. Iya nggak?
Aku termasuk orang yang awam dalam hal percintaan. Sepanjang umur ini aku belum pernah pacaran. Jatuh cinta pun adalah hal yang sulit bagiku. Sekalinya suka seseorang ternyata imajinatif banget. Cinta sebelah pihak, dan ketika aku berusaha menyatakan malah ditolak. Hahaha.
Sekarang berhasil move on dan menemukan cinta baru tapi malah terjebak dengan bentuk TTM. Entah sebenarnya bagaimana dia memaknai hubungan kami. Tapi aku memaknainya sebagai TTM.
Bingung, aku selalu dibuat bingung sama tingkahnya. Sebentar - sebentar godain, sebentar - sebentar ngusilin, sebentar - sebentar so cool, sebentar - sebentar cuek. Ih gemes, pengen nyubit pipinya. Sayangnya pipinya tirus jadi gak bisa dicubit. wkwkwk
Kadang aku suka ngasih kode, tapi kenapa dia itu tidak peka banget. Jadi gregetan sendiri. Terus kalau aku ngambek, dia malah ketawa puas. Apa coba maksudnya. Pernah si suatu ketika dia lagi butuh bantuan, aku cuma liatin aja. Habis aku lagi kesel sama dia. Eh dia bilang, "emang dasar kamu gak peka". Lho lho, kenapa dia jadi memutar balikan fakta? Siapa yang sebenarnya tidak peka?
Katanya aku manja, cengeng, suka lebay, terus kekanakan. Pokoknya yang gak baik baik, menurut dia itu karakterku. Sekali - sekali kek muji aku gitu. Huh.
Tapi ya, kadang dia itu tiba - tiba perhatian banget. Aku butuh bantuan langsung ditolongin, sampai selesai. Terus pas aku sibuk sama tugas dia menghampiri aku ngasih masukan - masukan. Eaaaa....aku sulit lho mengartikan itu semua. Apa akunya yang salah tafsir apa gimana si.
Tapi kadang ya, dia itu gak peduli banget. Masa aku angkat - angkat barang berat dia lihatin aja. Aku kesel kan. Terus aku bilang, "kamu cuma liatin aja, gak mau bantu aku?". Dia dengan ketusnya jawab, "jangan manja". Pengen nimpuk dia deh, serius. Aku manjanya sama orang - orang terdekat aku aja lho. Sama orang gak akrab biasanya aku strong dan gak mau dibantu. Kamu tau gak si artinya, kalau kamu itu sudah aku anggap orang terdekatku.
Saking aku minim pengalaman dalam hal ini, sering banget aku chat ke temen. Minta pendapat dia. Terus dia jadi seneng aja dengar ceritaku. Dia mendukung banget. Malah dia bilang dia ingin melihat interaksiku langsung dengan TTM ku itu. Katanya mirip drama Korea. Lho, drama Korea darimananya? ini gak ada romantis - romantisnya lho. Malah lebih seringnya bikin galau. Terlebih dia punya temen cewek yang cukup banyak. huh
Kamis, 07 Februari 2019
Di Balik Gemerlap Dunia
Ketika dalam hal dunia kita memandang ke atas, tentu banyak orang - orang yang membuatmu iri. Hidup mereka begitu mudah, begitu indah. Bergelimang harta, pangkat tinggi. Sementara kamu bukan apa - apa. Hmm...apakah hidup ini adil?
Coba pandang hidup mereka dari sisi lain. Coba perhatikan lagi. Mereka tak selamanya berkelebihan. Ada hal yang membuat mereka kurang, itu pasti.
Ada hal yang mungkin membuat mereka frustasi.
Hanya saja...kau menutup diri untuk melihat hal ini.
Kau hanya melihat ia dari sisi indahnya, padahal setiap yang indah juga mempunyai bagian terluka meski hanya sekedar saja.
Allah itu adil, manusia satu diberi kemudahan dalam mencari rizki sampai ia bisa menimbun hartanya namun di sisi lain ia mempunyai anak yang "spesial", membutuhkan perhatian khusus, membutuhkan perawatan khusus dan itu bukan perkara yang sedikit biayanya.
Jadi Allah adil kan?
Bayangkan jika Allah tidak memberikannya kemudahan rizki, ditambah dengan ujian yang seperti itu, apa ia tidak semakin jatuh?
Ada juga manusia yang memang kesulitan dalam mencari rizki. Uang pas - pasan, bahkan untuk makan pun kadang harus ngutang. Tapi, dia dikarunia keluarga yang lengkap, yang sehat dan yang menerima. Mereka ceria dan tak pernah mengeluh akan keadaan. Mereka bisa memahami dan tidak memberi tuntutan.
Lalu apa lagi yang belum membuat bahagia? Bukankah harta yang paling berharga adalah keluarga?
Allah memang the best planner. Setiap sesuatu direncanakan dengan detail. Dia adil. Maka disatu sisi seseorang diuji, disisi lain ia diberkahi.
Maka jangan hanya memandang orang dari sisi indah sehingga membuatmu merasa iri dan tidak diadili oleh Maha Kuasa,
lihat mereka juga dari sisi ujiannya, maka kau akan selalu merasa bersyukur.
Semoga bisa menjadi renungan.
Jumat, 01 Februari 2019
Hidup Itu Memang Dibawa Santai Saja, Tapi Jangan Terlalu Santai
Pernyataan ini adalah bahasa Jawa yang saya buat dengan melihat realita kehidupan yang ada. Kalimat tersebut berarti "hidup itu memang dibawa santai, tapi jangan terlalu santai juga. Jangan jangan hidup kamu hanya mendapatkan "santai" saja".
Di dalam masyarakat kita terutama orang dewasa banyak sekali kita jumpai orang - orang yang merupakan penganut setia prinsip ini. Sayangnya idealisme mereka yang kuat ini tak diimbangi dengan kebijaksanaan mereka dalam mengaplikasikan prinsipnya di kehidupan. Mereka tak cukup tahu, kapan saat yang tepat untuk menerapkan prinsip "dibawa santai saja", dan kapan saat yang tepat untuk "work hard".
Miris memang. Apalagi hal ini sering saya jumpai dalam hal tanggung jawab. Hey bung, tanggung jawab mana bisa kalian anggap remeh dengan mengatakan "dibawa santai saja". Saya pikir itu hanya alibi mereka untuk lari dari tanggungjawab.
Realita nyata ini ya, ketika saya kuliah dulu, para mahasiswa juga pasti pernah merasakan. Ketika mendapat tugas makalah kelompok dan mendapatkan materi yang cukup berat, salah satu anggota kelompok mengatakan "dibawa santai saja, pasti kelar kok". Batin saya, "eh busyet ini anak, dibawa santai mana kelar bang". Besoknya pas kita sekelompok janjian buat mencari materi, eh nggak nongol tuh batang hidungnya. Beberapa hari kemudian pas kita mau menyusun makalahnya, dia juga nongol lagi. Dia masih hidup apa kagak si? Giliran pas makalah sudah jadi tinggal pembagian materi buat presentasi, eh dia nongol sambil pasang muka polos. "Sorry ya kemarin - kemarin gue sibuk, apa lagi yang masih kurang gue bantuin deh". Serius, pengen gue tabok tuh anak. Pantes dia bilang, "dibawa santai saja pasti kelar kok". Iya, lo santai - santai, kita yang kelarin makalah.
Di mana kesadaran dia sebagai mahasiswa? Apa dengan santai seperti itu dia bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Jangan - jangan selama dia kuliah cuma dapat gelar saja tanpa ada ilmu yang diserap.
Saya tunjukkan fakta lagi. Hal ini juga terjadi dilingkungan kerja. Memang dalam lingkungan kerja tak semua karyawan mempunyai etos kerja yang bagus. Ada yang sadar akan tanggungjawabnya, ada yang asal - asalan melakukan tanggungjawabnya dan ada yang tidak bertanggungjawab. Tipe yang kedua dan terakhir ini yang bikin gemes. Woy sadar gak si, kamu itu digaji lho. Tapi kok yang masih suka seenaknya dalam melakukan tanggungjawab. Makan gaji buta itu. Hati - hati jangan - jangan gajinya gak berkah.
Suka gemes aja sama yang kayak gini. Harusnya masuk jam kerja masih ngrumpi aja. Woy, kalau mau ngrumpi mending jangan kerja. Tuh, nongki cantik dicafe. Giliran pas atasan sidak, eh dengan sifat bunglonnya sok jadi karyawan teladan. Padahal biasanya, sudah berapa jam kerja yang dia korupsi.
Apa yang ia dapat dari sistem kerja yang asal - asalan sesuka dia itu? Berangkat telat, kalau ada kesempatan mending tinggal ngrumpi, kalau ada tugas tambahan jadi alasan buat jalan - jalan. Suka prihatin. Dia kerja tapi yang didapat hanya gaji, pun aku gak yakin itu gajinya berkah jadi cukup atau tidak buat hidupnya entahlah. Harusnya ketika memasuki dunia kerja itu yang dicari jangan hanya gaji, tapi juga peningkatan kualitas diri. Disiplin, tertib, dewasa dalam menyikapi masalah, open minded dan yang sejak tadi kita bicarakan sadar akan tanggungjawab.
Pekerjaan adalah sebuah tanggungjawab. Tidak bisa kita meremehkannya dengan dibuat santai saja. Kalau ingin santai jangan kerja, tidur di rumah sana.
Lalu kapan seharusnya kamu menerapkan prinsip "dibawa santai saja"? Jawabannya bukan dalam hal tanggungjawab. Tetapi lebih pada sesuatu yang "mengancam positifitas hidupmu". Misalnya merespon orang yang tidak suka pada kita, baik itu nyinyirannya atau sikapnya. Mereka berulang kali berkata buruk untuk menjatuhkanmu, santai saja. Mereka selalu fokus melihat kita, itu artinya kita berada di tempat yang lebih tinggi dari mereka.
Semoga postingan ini bermanfaat dan membuka kesadaran kalian yang masih belum sadar akan tugas dan tanggungjawabnya.
How to Know A Toxic Friend
Saat ini sedang booming istilah "toxic friend". Bagiku mengartikan istilah tersebut dengan makna "teman yang beracun layaknya toksin". Toksin ini sifatnya seperti racun, tapi kalau racun itu dari luar tubuh kita sedangkan toksin ada di dalam tubuh kita. Racun tentu saja efeknya bisa kau hindari jika kau tidak mengonsumsinya. Sedangkan toksin bisa merusak tubuhmu tanpa kau sadari.
Adapun istilah toxic friend sendiri ibarat seperti di atas, teman yang tanpa kau sadari lama lama dia akan merusakmu. Memang sangat betul sekali jika ada penelitian mengatakan kalau kegemukan itu menular pada teman sepergaulan. Artinya jika temanmu gemuk maka kemungkinan besar kamu juga akan gemuk. Itu dari segi fisik, dari segi karakter pun akan demikian. Apalagi jika karakter negatif akan lebih cepat mempengaruhimu. Maka berhati hatilah dalam memilih teman. Sebelum kau memutuskan untuk berteman lebih dekat, pasanglah indikator terlebih dahulu untuk menjadi kriteria teman baikmu.
1. Pilih teman yang senang membicarakan cita - cita, dan rencana ke depan menuju kesuksesan
Orang yang mempunyai planning ke depan yang bagus dan positif biasanya orang yang tertib, disiplin, optimis dan pantang menyerah. Dengan energi positifnya ini kamu secara tidak sadar bisa merasakan pancarannya. Secara perlahan kamu akan menjadi bersemangat juga seperti dia. Teman seperti ini akan membawamu pada jalan kesuksesan.
2. Jangan memilih teman yang suka membicarakan aib orang lain
Seperti pada artikel yang pernah saya buat sebelumnya (bisa dicek di sini), teman yang suka membicarakan aib orang lain di depanmu maka di belakangmu kau akan menjadi sasarannya juga. Teman seperti itu tidak pernah tulus dalam berteman. Bagi mereka hidup adalah tentang mereka sendiri. Entah di dalam dirinya sudah muncul rasa dengki atau bagaimana sehingga dia selalu berusaha menjatuhkan orang lain. Ketika orang lain sukses dia merasa iri, ketika orang lebih tinggi darinya ia berusaha untuk menjatuhkannya.
3. Pilih teman yang bisa menjadi pendengar yang baik
Beberapa orang terlalu egois dengan selalu memonopoli pembicaraan. Mereka hanya ingin ide mereka tersampaikan tanpa meminta pendapat orang lain. Mereka hanya ingin didengar tanpa perlu mendengarkan orang lain. Orang - orang seperti ini cenderung tidak memuaskan ketika diajak berteman. Inti dari pertemanan adalah ada setiap saat. Disaat senang tentu bisa kalian nikmati bersama. Adapun disaat susah bagaimana? Disaat seperti ini tentu kalian membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesah kalian dengan baik. Kadang seseorang tidak membutuhkan solusi ketika menceritakan masalahnya. Mereka hanya ingin didengar. Orang yang suka memonopoli pembicaraan cenderung akan memutuskan isi curahanmu dan kemudian menasehati kamu dengan pemikiran dia. Padahal hati yang sedang gundah pasti sangat malas mendengarkan ocehan nasehat macam itu. Mereka hanya ingin didengarkan dan ditemani saja. Bahwa mereka tidak sendirian menghadapi masalah itu tapi ada teman yang siap membantu.
Sabtu, 26 Januari 2019
Review Buku Gita Savitri Rentang Kisah
Sabtu, 19 Januari 2019
Jalan Menuju Narablog
Cukup panjang, tapi saya akan mencoba menceritakannya secara runtut. Mungkin juga akan ada bagian yang terlewatkan karena perjalanan saya sebagai narablog terbilang berproses lambat dan lama. Saya menjadikan kegiatan ini sebagai hobi sehingga prosesnya mengalir begitu saja.
Cerita dimulai dari bagaimana saya bisa mengenal dunia blog
Sekitar tahun 2010, tepatnya ketika saya duduk di kelas 2 SMA, saat itu kegilaan saya akan drama Korea sedang begitu besarnya. Awalnya menonton disalah satu stasiun televisi nasional saja sudah cukup bagi saya, namun lama – kelamaan saya merasa tidak cukup sabar untuk menunggu hari esok agar mengetahui cerita selanjutnya. Aku mencurahkan kekesalan itu pada teman yang duduk di depanku. Tak disangka, ternyata dia sudah tahu jalan ceritanya sampai akhir.
“Lho, dari mana kamu tahu?”
“Di Korea kan penayangannya sudah berakhir, kamu cari saja sinopsisnya di internet.” Jawabnya
Dari sini aku mulai mengenal istilah “sinopsis” dan “blog”. Temanku menunjukkan beberapa blog yang sinopsisnya cukup enak dinikmati karena gaya penceritaannya yang mudah dipahami. Maka, jadilah aku sebagai pengunjung setia beberapa blog drama Korea. Saat itu aku mempunyai blogger favorit yang aku kunjungi setiap hari. Kenapa? Karena memang sinopsisnya sangat detail dan jelas, seolah – olah kita menonton secara langsung drama itu. Selain itu, diblognya banyak memuat daftar judul drama yang dia review. Hal ini membuatku mempunyai banyak pilihan untuk membaca sinopsis.
Suatu ketika dia memposting curhatannya, dia bercerita kalau blog miliknya ditawar hingga jutaan oleh seseorang yang ingin membeli. Wow! Aku merasa terkejut. Dari situ aku mulai sadar, kalau hobi ternyata juga bisa mendatangkan rejeki. Lebih terkejut lagi ketika aku mengetahui responnya ketika blognya akan dibeli. Dia menolak. Dia sangat mencintai blognya karena merasa memiliki banyak kenangan dalam mendampingi perkembangan blog itu dan itu semua tidak bisa diganti dengan uang. Aku salut.
Selanjutnya dia bercerita kalau sebenarnya dia juga sudah menghasilkan uang dari tulisan – tulisannya tanpa menjual blog miliknya. Selain menulis di blog pribadi dia juga menjadi penulis disitus Bublews.com. Setiap satu artikel yang dia buat dia akan mendapatkan bayaran tertentu. Situs itu adalah situs internasional, jadi bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Di situs itu, menurut penuturannya kalian bisa memposting artikel dengan tema apa saja. Setiap ada pengunjung yang melihat artikel kalian, maka kalian akan mendapat bayaran tertentu.
Ketika Minat Itu Mulai Muncul
Ketika aku mulai menjadi penikmat blog drama Korea, aku merasa tercandu. Ada kenikmatan tersendiri setiap membaca paragrafnya. Rasa penasaran yang muncul akibat membaca alur ceritanya begitu menggebu - gebu. Juga ada rasa intim tersendiri dengan si penulis blog, setiap dia menuliskan komentarnya tentang alur cerita drama itu, dan komentarnya itu sama juga dengan pemikiranku.
"Ternyata, si mbaknya juga sependapat denganku" batinku
Aku seolah punya kawan yang sejalan, seirama dan searus. Hahaha. Sebagian besar teman - temanku tidak suka drama Korea. Hanya satu dua saja. Karena itu, ketika menemukan teman yang punya kesukaan yang sama, aku merasa begitu bahagia.
Dari membaca blognya aku mulai menemukan minatku. Untuk pertama kalinya aku menemukan sesuatu yang benar - benar aku sukai dan ingin aku kerjakan. Biasanya aku selalu mengikuti arus orang - orang di sekitarku. Aku belum pernah mempunyai keputusan sendiri. Aku hanya ikut - ikutan saja. Mengambil jurusan kuliah pun aku ikut - ikutan. Dari pada tidak kuliah, pikirku saat itu.
Mengenai hal ini, aku jadi teringat kata guruku:
"Tekunilah hal yang kau sukai, suatu saat itu akan membawamu pada jalan kesuksesan"
Untuk pertama kalinya, aku punya keyakinan yang besar akan kepastian untuk sebuah ketidakjelasan. Biasanya untuk yang semu - semu aku malas, tinggalkan saja yang tidak jelas. Tapi, dalam menjalani dunia blog ini aku merasa yakin kalau suatu saat akan sukses.
Tak sampai di situ, perjalanan dunia blogku terus berkembang. Ketika aku melihat temanku yang memposting surat yang ia dapat dari Google Adsense, aku bertanya padanya tentang itu. Maka tertariklah aku untuk ikut mendaftar di Google Adsense. Dengan semangat yang membara aku merevisi sekitar 60an artikel yang sudah ku tulis di blog. Hasilnya adalah lelah. Aku mempersiapkan semua persyaratan agar diterima di Google Adsense selama kurang lebih 1 bulan. Hasilnya aku ditolak.
Sedih dan sempat patah semangat. Saat itu aku berpikir, "Ah, memang bukan bidangku. Lagipula aku menjalankan ini hanya untuk hobi saja." Aku vakum dalam mengurusi blogku sampai berminggu - minggu karena kesibukan kerja. Tapi suatu ketika niat itu muncul lagi. Aku kembali merevisi artikel - artikelku dan kemudian mendaftar lagi di Google Adsense, hasilnya ditolak lagi. Hal ini terjadi sampai 4 kali. Saat yang kelima kali, aku pasrah. Namun disaat itu aku justru mendapatkan kabar baik kalau Google Adsense menerimaku sebagai situs penyedia layanan iklannya.
Tidakkah Takut Blog akan Tergerus Zaman?
Munculnya banyaknya inovasi baru salah satunya masyarakat yang sedang menggandrungi dunia vlog akhir - akhirnya, tak menyurutkan optimismeku pada dunia blog. Aku tetap yakin bahwa sama halnya dengan buku, blog akan tetap mempunyai peminat dan penikmatnya. Karena seseorang yang sudah merasakan kenikmatan saat membaca tak akan bisa tergantikan dengan visualisasi gambar. Sebagian besar dari kalian mungkin pernah merasakan ketika kalian membaca sebuah novel, kalian begitu merasakan "feel"nya, tapi ketika novel tersebut difilmkan rasanya kurang greget. Kalian mungkin akan berkomentar seperti ini:
"Kok, bagusan novelnya ya daripada filmnya"
That's why, aku selalu yakin bahwa dunia tulis menulis seperti blog ini akan selalu ada penikmat setianya. Dunia ini tidak akan tergerus zaman.
Jumat, 18 Januari 2019
Antara DIAM ITU EMAS atau BICARA ITU MUTIARA
Namun belakangan kata mutiara ini mendapatkan "sanggahan" dengan munculnya kata mutiara lain yaitu, "Bicara itu mutiara". Dan beberapa orang yang hobinya ngomong, menggunakan dalil ini untuk membenarkan karakternya.
Menurut saya pribadi dalam segala hal, kita jangan asal mengambil "dalil" kemudian menjadi itu sebagai prinsip yang kita pegang teguh. Lihat konteks dan latar belakangnya kenapa muncul "dalil" demikian. Btw, yang "Bicara itu mutiara" itu bukan dalil ya. Itu hanya bentuk sanggahan dari orang orang kritis.
Dalam konteks kata mutiara "Diam itu emas", Nabi Muhammad tidak serta merta menyuruh pengikutnya untuk lebih baik diam. Tetapi beliau terlebih dahulu mengatakan, berbicaralah yang baik. Nah, artinya berbicara yang baik itu justru lebih diutamakan oleh Nabi Muhammad. Baru kemudian beliau berkata, "atau diam". Ini menunjukkan bahwa diam adalah opsi kedua, yang dilakukan jika opsi pertama tidak bisa kita jalankan.
Tentu berbicara yang baik itu lebih diutamakan karena dengan perkataan yang baik akan memberikan efek - efek psikologis yang luar biasa. Misalnya menasehati anak untuk melakukan kebaikan, memuji murid karena menyelesaikan tugasnya dengan baik. Maka dalam konteks seperti ini berbicara adalah mutiara.
Sayangnya, lisan adalah hal yang paling sulit kita jaga. Banyak orang yang celaka karena tidak bisa menjaga lisannya. Banyak orang yang ketika berbicara bukan kata - kata baik yang ia keluarkan, justru hujatan, hasutan bahkan kadang fitnah. Berbicara yang baik bukanlah hal mudah, sebab tidak ada yang bisa mengontrol lisan ketika sudah berbicara kecuali iman kepada Allah. Untuk menghindari terpelesetnya diri ke lubang dosa, orang beriman biasanya memilih berdiam diri. Karena itulah nabi Muhammad memberikan opsi kedua yaitu diam. Karena opsi pertama adalah hal yang kemungkinan ummatnya kesulitan untuk melakukan.
Perihal "diam itu emas" pun perlu dilihat lagi dalam pengaplikasiannya. Ketika kamu berada dalam sebuah forum, dan terjadi diskusi yang mengharuskan peserta yang hadir untuk berpendapat maka kemukakanlah pendapatmu. Siapa tahu pendapatmu bisa menyelesaikan masalah bersama. Kalau misal pendapatmu tidak dipakaipun ya tak masalah.
Intinya pengaplikasian kata mutiara "diam itu emas" dan "berbicara itu mutiara" harus dilihat lagi situasi dan kondisinya. Jangan salah menerapkan. Pada hal - hal semacam ghibah kalian menggunakan "berbicara itu mutiara", sedangkan pada sebuah diskusi kalian menggunakan "diam itu emas". Itu salah kaprah. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Kamis, 10 Januari 2019
Dewasa Itu SADAR
Dulu aku tuh workaholic banget. Pokoknya aku tuh punya rasa tanggungjawab yang sangat besar. Ibarat ibaratnya nih, seluruh hidup dan jiwaku itu untuk pekerjaan. Aku tuh punya loyalitas yang lumayan tinggi terhadap pekerjaanku. Waktu kumpul sama keluarga dan teman sangat jarang. Bahkan terkadang mereka aku abaikan. Lama lama aku merasa hampa, dan hampir hampir depresi karena rutinitas yang sama dan beban kerja. Puncaknya ketika liburan datang, aku adalah orang yang malas sekali keluar rumah buat hangout atau jalan jalan. Jadi selama liburan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena liburan aku tidak ada tugas pekerjaan, alhasil aku mempunyai banyak waktu luang. Tapi hal itu justru membuatku merasa ada yang hampa. Waktu berjalan terasa begitu lama, mau menghabiskan waktu bersama keluarga bingung juga. Karena merasa selama ini sudah jauh dari mereka, akibat aku jarang mengobrol bersama mereka. Bingung aja mau ngobrolin apa. Padahal di rumah sendiri tapi terasa asing. Mau jalan sama teman, mereka sedang liburan sama keluarga mereka sendiri. Dari situ aku sadar, yang akan tetap bersamaku apa pun yang akan terjadi adalah keluarga. Mereka adalah milikku yang berharga. Jadi aku harus memfokuskan mereka bukan kerja. Mereka adalah prioritas, sesibuk apa pun pekerjaanku aku tidak boleh mengabaikan mereka. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama. Kalau aku kenapa kenapa memangnya tempat kerja mau ngurus. Palingan hanya nengokin habis itu ya sudah. Selebihnya itu urusan pribadi ya kan. Keluargalah yang akan di sampingku.
Tapi berbicara pekerjaan, kembali lagi saya ingatkan. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama.