Sabtu, 30 November 2019

Jika Ada Yang Mengganjal, Komunikasikan

Kedalaman pikiran seseorang siapa yang tahu. Betul tidak? Jika kau ingin dimengerti setiap kemauanmu, lalu kenapa hanya diam? Memangnya orang lain itu malaikat? Mereka bisa tahu apa saja yang kau pikirkan tanpa harus bertanya terlebih dahulu. Kalau ada yang mengganjal ya komunikasikan.
Jika kamu merasa "tak enak hati" takut menyakiti, lalu apa bedanya hubunganmu dengan sekedar rekan sejawat semata?
Tapi susahnya aku selalu merasa kesal setelah kau mengungkapkannya.
Oh ternyata seperti itu pemikiranmu?
Tak ku sangka seperti itu.
Aku yang tidak sportif sendiri, aku merasa kesal dengan keterbukaan.
Katanya ketika tidak sesuai ekspektasi, kembalikan lagi bahwa hubungan kita adalah proses belajar. Belajar untuk memahami, belajar untuk mengerti.
Tapi sulit bagiku untuk belajar, keegoanku sangat besar.
Memang pengalaman baru bagiku, aku yang selalu nyaman dengan kesendirian.
selalu tak peduli dengan pandangan orang. Sekarang harus dirumitkan dengan sebuah hubungan.
Harus lebih berhati-hati dalam bertindak,
harus lebih menerima dengan segala perbedaan.
Ah..hidup memanglah proses belajar.

Selasa, 25 Juni 2019

Menghargai Diri Sendiri Itu Penting

Saling menghargai adalah kunci penting dalam hubungan sosial. Tanpa ini, sebuah hubungan sosial akan berjalan tak seimbang.

Sejak kecil kita selalu diajarkan bagaimana caranya menghargai orang lain. Namun kita lupa, bahwa ada hal yang lebih penting dari itu. Apa? yaitu menghargai diri sendiri.
Ketika kita disibukkan dengan cara memperlakukan orang lain dengan baik namun sangat miris rasanya, ternyata kita lupa memperlakukan diri sendiri dengan baik.
Lalu, bagaimana caranya?
Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi tips:
1. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain
Membandingkan dirimu sendiri dengan orang lain adalah sebuah perbandingan yang tidak seimbang. Bagaimana bisa kau membandingkan pencapaian orang dengan pencapaianmu sementara kalian memiliki latar belakang yang berbeda, memiliki kecenderungan yang berbeda, memiliki bakat yang berbeda, dan memiliki cara berpikir yang berbeda.
Jika kau ingin mengevaluasi hasil pencapaianmu maka yang perlu kau lakukan adalah membandingkan dirimu di masa lalu dengan masa sekarang.
Sudah seberapa jauh kau melangkah, sudah berapa banyak pencapaian yang kau dapatkan. Jangan sampai tidak ada perbedaan sama sekali. Itu artinya kau diam di tempat. Tidak berkembang.
2. Berpikir Positif Terhadap Kemampuan Diri
Pikiran adalah pusat kendali aktivitas manusia. Jika energi yang dikeluarkan oleh pikiran itu positif maka aktivitas yang dihasilkan pun akan positif.
Ketika kau mencoba sesuatu hal baru, jangan patahkan semangatmu dengan meremehkan kemampuanmu. KAU BISA, DAN KAU HEBAT!
Belajarlah percaya pada kemampuanmu.
3. Berikan Penghargaan Atas Kerja Kerasmu
Jangan terlalu ambisius dan perfeksionis. Ketika kau selesai melakukan suatu pekerjaan, berilah waktu longgar untuk dirimu. Tak harus bermewah mewahan, cukup biarkan dirimu menikmati waktu senggang dengan santai. Mengobrol bersama keluarga misalnya, main games atau sekedar jalan-jalan. Hal ini bertujuan agar dirimu tidak penat dan merasa tertekan.

Demikianlah tips yang bisa kamu lakukan untuk menghargai diri sendiri. INGAT, menghargai diri sendiri itu sangat penting! Jangan kau terus menekan dirimu untuk mensukseskan ambisi dan obsesimu.

Selasa, 04 Juni 2019

Pesan Untuk Para Pembaca Setia

Halo...
Para Pembaca setia, yang mungkin juga semakin lama semakin lupa dengan blog saya.
Ini adalah penulis amatir yang sering menyapa kalian dengan tulisan yang tidak bermanfaat. Mohon maaf saya sempat vakum beberapa lamanya, sehingga bukan salah kalian kalau lama-lama kalian bosan dan meninggalkan blog saya.
Jujur saat ini saya ada pada masa di mana saya merasa kehilangan semangat menulis. Saya tidak tahu kenapa? Mungkin urusan dunia nyata sudah cukup menyita fokus saya sehingga untuk menulispun tak ada waktu. Atau aku mulai bosan dengan menulis karena aku tak tahu apa yang harus aku tulis.
Jujur, memang aku kehilangan inspirasi. Tulisanku mulai hambar dan mulai gamang. Aku merasa tidak puas dengan tulisan-tulisanku akhir-akhir ini. Sehingga banyak tulisanku yang walaupun sudah dapat separuh jalan, akhirnya aku hapus.
Aku berusaha mencari inspirasi baru, namun aku belum menemukannya juga.
Jika kalian sempat mampir ke blog saya, dan ada tulisan yang kalian suka. Mohon berikan komentar di tulisan tersebut sebagai penyemangat saya. Karena jujur selama ini aku merasa tulisan-tulisanku tidak berguna.
Jika kalian juga sudah sering membaca tulisan saya, tolong berikan masukan untuk saya. Apa yang harus saya lakukan, atau kalian ingin aku menulis tentang apa? Mungkin dengan seperti ini aku akan mendapat pencerahan, dan setidaknya aku merasa tulisanku sedikit bermanfaat.
Untuk yang telah berkenan memberikan penyemangat dan idenya saya ucapkan terimakasih.
Kalian pasti tahu rasanya, bagi seorang penulis kehilangan passion menulisnya adalah sebuah kehampaan yang besar. Terimakasih untuk pembaca setia yang telah berkunjung. Semoga kita bertemu lagi pada tulisan-tulisan saya yang lebih berkualitas dan lebih bermanfaat.

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir dan Batin

With love,
Essie_Cafe Serba

Senin, 13 Mei 2019

Padamu, GURU


Ketika waktu perlahan berjalan,
tanpa kusadari kita akan berada pada ujung perpisahan
Aku terusik akan kenangan silam,
di mana sebuah pertemuan yang tak pernah ku bayangkan
Aku menjadi bagian hidupmu, dan engkau menjadi bagian hidupku
Tak ku pahami keadaan kala itu,
Tapi engkau menggenggam lembut tanganku
Meyakinkanku untuk masuk dalam majelis ilmumu

Masa berjalan secara alamiahnya,
Aku mulai beranjak dewasa, mulai memahami tiap petuah yang kau sabda
Jika saja waktu bisa ku putar, aku tak akan membantahnya
Apa yang kau maksudkan adalah selalu demi kebaikan
Lalu, bagaimana cara menebus ini semua?
Terlalu banyak kesalahanku padamu,
Sementara terlalu banyak jasamu terhadapku
Lalu, masih pantaskah aku untuk sekedar mencium tanganmu?

Padamu, sang pahlawan tempatku menggantungkan harapan
Memupuk tiap semangat dan keyakinan akan kesuksesan masa depan
Padamu, yang peluhnya tak sempat ku usap
Padahal pengorbananmu untukku selalu tanpa harap
Jika kata “terima kasih” sanggup membalaskan
Akan ku ucap dalam ribuan pengulangan

Terimakasih, terimakasih, terimakasih
Terimakasih untuk semua ketulusan yang kau berikan
Terimakasih untuk sinar yang menerangi jalan yang kau pancarkan
Terimakasih untuk langkah yang kau sandingkan
Terimakasih untuk semua yang kau berikan
GURU
Pekalongan, 27 April 2019

Sabtu, 20 April 2019

Berbagi dan Berbahagialah

Source pic: sbachry2002.blogspot.com

Sahabat, pernahkah kalian merasa menyesal saat kalian tidak bisa menolong orang lain?
Pernahkah kalian merasa, kalian begitu egois karena mengabaikan permintaan tolong dari orang lain?
Kalian sebenarnya ingin menolong, namun kalian merasa sedang tidak berada dikondisi yang tepat untuk menolong karena kalian pun sedang membutuhkan. Lalu, kalian menyalahkan mereka yang datang meminta pertolongan. Mereka datang diwaktu yang tidak tepat. Coba saja jika mereka datang dilain waktu, akan berlainan ceritanya. Kalian pasti dengan tangan terbuka menerima kedatangan mereka dan menyanggupi permintaan tolongnya.
Begitukah? Coba kalian pikir lagi. Mereka tidak pernah tahu waktu datangnya musibah. Siapa yang mau mengundang musibah itu datang pada diri mereka sendiri. Semua tiba-tiba terjadi, lalu mereka merasa tidak mampu menghadapi sendiri akhirnya mereka datang kepadamu meminta pertolongan.
Setiap orang selalu mempunyai kesempatan untuk menolong orang lain, namun kebanyakan manusia sering lupa akan kesempatan itu. Mereka cenderung bersikap egois dengan hanya fokus pada diri mereka sendiri.
Uluran tangan sangat bermakna bagi mereka yang sedang membutuhkan. Kalian menjadi sangat berharga dimata mereka saat datang dengan membawa yang mereka harapkan.
Nabi Saw bersabda:
"Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya"
"Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, dan tangan di bawah adalah yang menerima"
 
Sejujurnya ketika kalian menolong seseorang, kalian sedang menjadi perantara Tuhan untuk mengabulkan do'a orang tersebut. Bayangkan, kalau begitu betapa mulianya kalian. Kalian adalah orang yang dipilih oleh Allah. Jadi, jangan menunggu seseorang menjemput pertolonganmu. Selagi sempat bagimu, kau bisa menolong kapan saja, di mana saja.
Sempat rasanya tersentak mendengar penuturan dari murid cantik saya.
Namanya Putri, dia gadis cilik nan imut dan ceria. Suatu ketika disela jam istirahat, dia mengajakku bercengkrama di teras depan kelas.
"Bu guru, bu guru hobinya apa?"
Seketika aku merespon pertanyaannya dengan jujur, berharap jawabanku ini bisa menginspirasi muridku itu untuk lebih giat belajar.
"Bu guru hobinya menulis, tetapi sebelum menulis bu guru banyak membaca buku-buku dulu". Jawabku dengan senyum bangga
Lalu dia merespon balik jawabanku
"Kalau aku hobinya menolong, kalau aku tidak bisa menolong itu rasanya sedih sekali" tuturnya penuh ekspresi
Sontak aku merasa tertampar. Aku malu akan penuturannya, aku malu akan diriku sendiri yang selama ini begitu menutup mata. Selama ini, kita para orang dewasa tidak menjadikan "menolong" sebagai prioritas. Kita cenderung menempatkan "menolong" sebagai pilihan saja. Kalau kita bisa, ya menolonglah. Namun kalau kita tidak sanggup, ya sudah. Tak perlu menjadi beban. Toh, itu bukan urusan kita. Itulah yang menjadi mindset kita selama ini. Niat hati ingin memberi inspirasi murid, justru saya yang terinspirasi dari murid tersebut.

Di era modern, "menolong" tak perlu menunggu kesempatan. Setiap waktu kamu bisa memberikan pertolongan jika kamu "memprioritaskan". Jika kita tak punya "kemudahan" untuk memberikan pertolongan, maka banyak wadah yang mampu menampung "pertolongan" anda.
Salah satunya DOMPET DHUAFA, dengan menyalurkan bantuan anda ke sana maka anda membantu mengentaskan kemiskinan dalam masyarakat. Dompet dhuafa menyediakan berbagai fitur pelayanan dalam menyumbangkan bantuan, di antaranya:
1. Kanal donasi online donasi.dompetdhuafa.org
2. Transfer bank
3. Counter
4. Care visit (meninjau langsung lokasi program)
5. Tanya jawab zakat
6. Edukasi Dakar
7. Laporan donasi
Kalian bisa memilih salah satu fitur layanan yang sesuai dengan kebutuhan anda. Jika anda orang sibuk, maka anda bisa memilih fitur yang pertama. Untuk info lebih lanjut, kalian bisa membuka situsnya di www.dompetdhuafa.org
Selamat Berbagi dan Berbahagialah Karena Berbagi!

Sabtu, 16 Februari 2019

Terjebak dalam TTM

TTM atau Teman Tapi Mesra. Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah punya pengalaman dalam hal ini? Bagaimana perasaan kalian?
Setiap orang mungkin berlainan ceritanya karena perbedaan latar belakang, tapi dalam bentuk apa pun TTM itu adalah hal yang abstrak dan melelahkan. Iya nggak?
Aku termasuk orang yang awam dalam hal percintaan. Sepanjang umur ini aku belum pernah pacaran. Jatuh cinta pun adalah hal yang sulit bagiku. Sekalinya suka seseorang ternyata imajinatif banget. Cinta sebelah pihak, dan ketika aku berusaha menyatakan malah ditolak. Hahaha.
Sekarang berhasil move on dan menemukan cinta baru tapi malah terjebak dengan bentuk TTM. Entah sebenarnya bagaimana dia memaknai hubungan kami. Tapi aku memaknainya sebagai TTM.
Bingung, aku selalu dibuat bingung sama tingkahnya. Sebentar - sebentar godain, sebentar - sebentar ngusilin, sebentar - sebentar so cool, sebentar - sebentar cuek. Ih gemes, pengen nyubit pipinya. Sayangnya pipinya tirus jadi gak bisa dicubit. wkwkwk
Kadang aku suka ngasih kode, tapi kenapa dia itu tidak peka banget. Jadi gregetan sendiri. Terus kalau aku ngambek, dia malah ketawa puas. Apa coba maksudnya. Pernah si suatu ketika dia lagi butuh bantuan, aku cuma liatin aja. Habis aku lagi kesel sama dia. Eh dia bilang, "emang dasar kamu gak peka". Lho lho, kenapa dia jadi memutar balikan fakta? Siapa yang sebenarnya tidak peka?
Katanya aku manja, cengeng, suka lebay, terus kekanakan. Pokoknya yang gak baik baik, menurut dia itu karakterku. Sekali - sekali kek muji aku gitu. Huh.
Tapi ya, kadang dia itu tiba - tiba perhatian banget. Aku butuh bantuan langsung ditolongin, sampai selesai. Terus pas aku sibuk sama tugas dia menghampiri aku ngasih masukan - masukan. Eaaaa....aku sulit lho mengartikan itu semua. Apa akunya yang salah tafsir apa gimana si.
Tapi kadang ya, dia itu gak peduli banget. Masa aku angkat - angkat barang berat dia lihatin aja. Aku kesel kan. Terus aku bilang, "kamu cuma liatin aja, gak mau bantu aku?". Dia dengan ketusnya jawab, "jangan manja". Pengen nimpuk dia deh, serius. Aku manjanya sama orang - orang terdekat aku aja lho. Sama orang gak akrab biasanya aku strong dan gak mau dibantu. Kamu tau gak si artinya, kalau kamu itu sudah aku anggap orang terdekatku.
Saking aku minim pengalaman dalam hal ini, sering banget aku chat ke temen. Minta pendapat dia. Terus dia jadi seneng aja dengar ceritaku. Dia mendukung banget. Malah dia bilang dia ingin melihat interaksiku langsung dengan TTM ku itu. Katanya mirip drama Korea. Lho, drama Korea darimananya? ini gak ada romantis - romantisnya lho. Malah lebih seringnya bikin galau. Terlebih dia punya temen cewek yang cukup banyak. huh

Kamis, 07 Februari 2019

Di Balik Gemerlap Dunia

Ketika dalam hal dunia kita memandang ke atas, tentu banyak orang - orang yang membuatmu iri. Hidup mereka begitu mudah, begitu indah. Bergelimang harta, pangkat tinggi. Sementara kamu bukan apa - apa. Hmm...apakah hidup ini adil?
Coba pandang hidup mereka dari sisi lain. Coba perhatikan lagi. Mereka tak selamanya berkelebihan. Ada hal yang membuat mereka kurang, itu pasti.
Ada hal yang mungkin membuat mereka frustasi.
Hanya saja...kau menutup diri untuk melihat hal ini.
Kau hanya melihat ia dari sisi indahnya, padahal setiap yang indah juga mempunyai bagian terluka meski hanya sekedar saja.
Allah itu adil, manusia satu diberi kemudahan dalam mencari rizki sampai ia bisa menimbun hartanya namun di sisi lain ia mempunyai anak yang "spesial", membutuhkan perhatian khusus, membutuhkan perawatan khusus dan itu bukan perkara yang sedikit biayanya.
Jadi Allah adil kan?
Bayangkan jika Allah tidak memberikannya kemudahan rizki, ditambah dengan ujian yang seperti itu, apa ia tidak semakin jatuh?
Ada juga manusia yang memang kesulitan dalam mencari rizki. Uang pas - pasan, bahkan untuk makan pun kadang harus ngutang. Tapi, dia dikarunia keluarga yang lengkap, yang sehat dan yang menerima. Mereka ceria dan tak pernah mengeluh akan keadaan. Mereka bisa memahami dan tidak memberi tuntutan.
Lalu apa lagi yang belum membuat bahagia? Bukankah harta yang paling berharga adalah keluarga?
Allah memang the best planner. Setiap sesuatu direncanakan dengan detail. Dia adil. Maka disatu sisi seseorang diuji, disisi lain ia diberkahi.
Maka jangan hanya memandang orang dari sisi indah sehingga membuatmu merasa iri dan tidak diadili oleh Maha Kuasa,
lihat mereka juga dari sisi ujiannya, maka kau akan selalu merasa bersyukur.
Semoga bisa menjadi renungan.

Jumat, 01 Februari 2019

Hidup Itu Memang Dibawa Santai Saja, Tapi Jangan Terlalu Santai

 Source Pic: twitter.com
"Urip kuwi yo digowe santae wae, ning yo ojo kesantaenen. Janu janu anggone kowe urip olehe mung santae otok?"
Pernyataan ini adalah bahasa Jawa yang saya buat dengan melihat realita kehidupan yang ada. Kalimat tersebut berarti "hidup itu memang dibawa santai, tapi jangan terlalu santai juga. Jangan jangan hidup kamu hanya mendapatkan "santai" saja".
Di dalam masyarakat kita terutama orang dewasa banyak sekali kita jumpai orang - orang yang merupakan penganut setia prinsip ini. Sayangnya idealisme mereka yang kuat ini tak diimbangi dengan kebijaksanaan mereka dalam mengaplikasikan prinsipnya di kehidupan. Mereka tak cukup tahu, kapan saat yang tepat untuk menerapkan prinsip "dibawa santai saja", dan kapan saat yang tepat untuk "work hard".
Miris memang. Apalagi hal ini sering saya jumpai dalam hal tanggung jawab. Hey bung, tanggung jawab mana bisa kalian anggap remeh dengan mengatakan "dibawa santai saja". Saya pikir itu hanya alibi mereka untuk lari dari tanggungjawab.
Realita nyata ini ya, ketika saya kuliah dulu, para mahasiswa juga pasti pernah merasakan. Ketika mendapat tugas makalah kelompok dan mendapatkan materi yang cukup berat, salah satu anggota kelompok mengatakan "dibawa santai saja, pasti kelar kok". Batin saya, "eh busyet ini anak, dibawa santai mana kelar bang". Besoknya pas kita sekelompok janjian buat mencari materi, eh nggak nongol tuh batang hidungnya. Beberapa hari kemudian pas kita mau menyusun makalahnya, dia juga nongol lagi. Dia masih hidup apa kagak si? Giliran pas makalah sudah jadi tinggal pembagian materi buat presentasi, eh dia nongol sambil pasang muka polos. "Sorry ya kemarin - kemarin gue sibuk, apa lagi yang masih kurang gue bantuin deh". Serius, pengen gue tabok tuh anak. Pantes dia bilang, "dibawa santai saja pasti kelar kok". Iya, lo santai - santai, kita yang kelarin makalah.
Di mana kesadaran dia sebagai mahasiswa? Apa dengan santai seperti itu dia bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Jangan - jangan selama dia kuliah cuma dapat gelar saja tanpa ada ilmu yang diserap.
Saya tunjukkan fakta lagi. Hal ini juga terjadi dilingkungan kerja. Memang dalam lingkungan kerja tak semua karyawan mempunyai etos kerja yang bagus. Ada yang sadar akan tanggungjawabnya, ada yang asal - asalan melakukan tanggungjawabnya dan ada yang tidak bertanggungjawab. Tipe yang kedua dan terakhir ini yang bikin gemes. Woy sadar gak si, kamu itu digaji lho. Tapi kok yang masih suka seenaknya dalam melakukan tanggungjawab. Makan gaji buta itu. Hati - hati jangan - jangan gajinya gak berkah.
Suka gemes aja sama yang kayak gini. Harusnya masuk jam kerja masih ngrumpi aja. Woy, kalau mau ngrumpi mending jangan kerja. Tuh, nongki cantik dicafe. Giliran pas atasan sidak, eh dengan sifat bunglonnya sok jadi karyawan teladan. Padahal biasanya, sudah berapa jam kerja yang dia korupsi.
Apa yang ia dapat dari sistem kerja yang asal - asalan sesuka dia itu? Berangkat telat, kalau ada kesempatan mending tinggal ngrumpi, kalau ada tugas tambahan jadi alasan buat jalan - jalan. Suka prihatin. Dia kerja tapi yang didapat hanya gaji, pun aku gak yakin itu gajinya berkah jadi cukup atau tidak buat hidupnya entahlah. Harusnya ketika memasuki dunia kerja itu yang dicari jangan hanya gaji, tapi juga peningkatan kualitas diri. Disiplin, tertib, dewasa dalam menyikapi masalah, open minded dan yang sejak tadi kita bicarakan sadar akan tanggungjawab.
Pekerjaan adalah sebuah tanggungjawab. Tidak bisa kita meremehkannya dengan dibuat santai saja. Kalau ingin santai jangan kerja, tidur di rumah sana.
Lalu kapan seharusnya kamu menerapkan prinsip "dibawa santai saja"? Jawabannya bukan dalam hal tanggungjawab. Tetapi lebih pada sesuatu yang "mengancam positifitas hidupmu". Misalnya merespon orang yang tidak suka pada kita, baik itu nyinyirannya atau sikapnya. Mereka berulang kali berkata buruk untuk menjatuhkanmu, santai saja. Mereka selalu fokus melihat kita, itu artinya kita berada di tempat yang lebih tinggi dari mereka.
Semoga postingan ini bermanfaat dan membuka kesadaran kalian yang masih belum sadar akan tugas dan tanggungjawabnya.

How to Know A Toxic Friend


Saat ini sedang booming istilah "toxic friend". Bagiku mengartikan istilah tersebut dengan makna "teman yang beracun layaknya toksin". Toksin ini sifatnya seperti racun, tapi kalau racun itu dari luar tubuh kita sedangkan toksin ada di dalam tubuh kita. Racun tentu saja efeknya bisa kau hindari jika kau tidak mengonsumsinya. Sedangkan toksin bisa merusak tubuhmu tanpa kau sadari.
Adapun istilah toxic friend sendiri ibarat seperti di atas, teman yang tanpa kau sadari lama lama dia akan merusakmu. Memang sangat betul sekali jika ada penelitian mengatakan kalau kegemukan itu menular pada teman sepergaulan. Artinya jika temanmu gemuk maka kemungkinan besar kamu juga akan gemuk. Itu dari segi fisik, dari segi karakter pun akan demikian. Apalagi jika karakter negatif akan lebih cepat mempengaruhimu. Maka berhati hatilah dalam memilih teman. Sebelum kau memutuskan untuk berteman lebih dekat, pasanglah indikator terlebih dahulu untuk menjadi kriteria teman baikmu.
1. Pilih teman yang senang membicarakan cita - cita, dan rencana ke depan menuju kesuksesan
Orang yang mempunyai planning ke depan yang bagus dan positif biasanya orang yang tertib, disiplin, optimis dan pantang menyerah. Dengan energi positifnya ini kamu secara tidak sadar bisa merasakan pancarannya. Secara perlahan kamu akan menjadi bersemangat juga seperti dia. Teman seperti ini akan membawamu pada jalan kesuksesan.
2. Jangan memilih teman yang suka membicarakan aib orang lain
Seperti pada artikel yang pernah saya buat sebelumnya (bisa dicek di sini), teman yang suka membicarakan aib orang lain di depanmu maka di belakangmu kau akan menjadi sasarannya juga. Teman seperti itu tidak pernah tulus dalam berteman. Bagi mereka hidup adalah tentang mereka sendiri. Entah di dalam dirinya sudah muncul rasa dengki atau bagaimana sehingga dia selalu berusaha menjatuhkan orang lain. Ketika orang lain sukses dia merasa iri, ketika orang lebih tinggi darinya ia berusaha untuk menjatuhkannya.
3. Pilih teman yang bisa menjadi pendengar yang baik
Beberapa orang terlalu egois dengan selalu memonopoli pembicaraan. Mereka hanya ingin ide mereka tersampaikan tanpa meminta pendapat orang lain. Mereka hanya ingin didengar tanpa perlu mendengarkan orang lain. Orang - orang seperti ini cenderung tidak memuaskan ketika diajak berteman. Inti dari pertemanan adalah ada setiap saat. Disaat senang tentu bisa kalian nikmati bersama. Adapun disaat susah bagaimana? Disaat seperti ini tentu kalian membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesah kalian dengan baik. Kadang seseorang tidak membutuhkan solusi ketika menceritakan masalahnya. Mereka hanya ingin didengar. Orang yang suka memonopoli pembicaraan cenderung akan memutuskan isi curahanmu dan kemudian menasehati kamu dengan pemikiran dia. Padahal hati yang sedang gundah pasti sangat malas mendengarkan ocehan nasehat macam itu. Mereka hanya ingin didengarkan dan ditemani saja. Bahwa mereka tidak sendirian menghadapi masalah itu tapi ada teman yang siap membantu.
Itulah sedikit ulasan yang bisa saya simpulkan dari mengamati realita kehidupan di sekitar saya. Mungkin tidak semua indikator itu tepat, tapi paling tidak orang - orang yang seperti saya sebutkan diindikator itu memanglah bermanfaat untuk pertemanan. Kecuali indikator nomor 2, mereka harus dijauhi.

Sabtu, 26 Januari 2019

Review Buku Gita Savitri Rentang Kisah


Source Pic: gramedia.com
Excited banget waktu pertama kali tahu Kak Gita mengeluarkan sebuah buku. Seketika itu juga langsung pengen beli. Sudah nyoba nyari lewat toko buku online. Tapi kok belum ketemu, atau aku yang gak pandai stalking si?
Singkat cerita, ada bazar buku di kotaku. Aku memang hobi banget datang ke bazar buku. Entah dapat 1 atau 2, pasti ada aja buku yang aku kantongin ke rumah. Nah secara gak sengaja aku nemu buku ini dibazar buku. Itupun ditunjukkan sama temanku.
"Eh ada bukunya Gita, katanya kamu lagi nyari"
"Eh iya, wow. Aku mau beli ah"
Langsung tanpa pikir panjang aku beli buku itu. Harganya antara 50 - 60an, aku rada lupa.
Dan inilah kesanku setelah baca buku dari Gita Savitri.
Memang kalau kalian ingin membaca buku yang melankolis dan dipenuhi diksi yang puitis, buku ini bukanlah sasaran yang tepat. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mengalir layaknya bahasa lisan. Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa percakapan sehari - hari bukan bahasa baku. Ketika baca buku ini, seketika aku bisa membayangkan Kak Gita ngomong di dalam bukunya. Kalau kalian masih belum bisa membayangkan coba lihat saja vlognya. Bahasa yang digunakan kurang lebih sama seperti itu.
Biasanya si aku tidak terlalu suka baca buku yang bahasa tulisnya lebih mirip ke bahasa lisan. Aku lebih suka buku dengan bahasa yang baku dan tata tulis yang bagus. Tapi di sini bukan itu tujuan utamaku membaca buku ini. Lebih karena sosok Gita dan aku ingin tahu lebih banyak tentang Gita. Kenapa aku kagum sama dia? Banyak faktor
1. Gita ada perempuan yang cantik tapi nggak ribet ( Aku termasuk perempuan yang gak suka ribet, tapi aku gak cantik. Haha)
2. Gita adalah orang yang cerdas. Dari pemikiran - pemikiran yang ia sampaikan di video atau di bukunya, aku tahu kalau dia orang cerdas (Aku termasuk orang cerdas gak ya? Pokoknya kata  teman - temanku, aku pintar. Bukan sombong lho ya, aku hanya menyalurkan opini teman)
3. Gita itu orang yang introvert. Tapi dia bisa mengatasi ke introvertannya dengan baik. Bahkan dia bisa ngomong di depan kamera, shooting ditelevisi dan jadi pembicara diseminar. (Aku juga orang introvert, bertemu dengan banyak orang, tampil didepan dan mengomunikasikan pemikiranku kepada orang asing bukanlah hal yang mudah. Aku ingin bisa mengatasi ke introvertanku dengan baik seperti Gita)
4. Pemikiran Gita, beberapa pemikirannya sejalan dengan pemikiranku. Yah meskipun ada juga beberapa yang membuatku tidak setuju. Tapi lebih banyak sependapatnya.
5. Dia kuliah di luar negeri. Ketahuan banget kan kalau aku pengen kuliah di luar negeri juga, tapi apalah daya. TOEFL aja belum lulus, kursus baru kelas Post Int aja udah nyerah. Hahaha

Kembali ke review. Buku ini lebih menonjolkan alur. Alur hidupnya Gita lebib tepatnya. Pokoknya kalau kamu ingin lebih mengenal sosok Gita, wajib baca buku ini. Gak rugi kok. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil, semangat positifnya, semangat belajarnya, mindset positifnya. Pokoknya banyak hal positif ketika kamu membaca buku ini.
Gita juga adalah seorang blogger. Beberapa tulisan di blognya juga dimuat di buku ini. Aku salut si, karena Gita berani menuangkan apa pun pemikirannya tentang kehidupan ke dalam tulisannya tanpa takut komentar dari orang lain. Kadang kalau aku nulis di blog suka masih mikir - mikir, gimana respon orang. Terus kalau ada yang nyinyir gimana. That's why aku tidak membiarkan orang - orang terdekatku membaca blogku. Hahaha. Karena di sekitarku banyak orang nyinyir.
Sekian dulu reviewnya, memang masih ngambang si. Tapi ya gitu, kalau kalian pengen lebih detail mending beli bukunya. Murah kok, dibandingkan dengan manfaat yang akan kau dapat.

"Git, gue promoin buku lo ni"
Hadeh, buku Gita gak dipromoin juga udah laku keras. Bahkan sudah dicetak ulang. Lagi pula promo di blog yang sepi pengunjung ini apa manfaatnya. Haha. Sudahlah kebanyakan omong ni.

Sabtu, 19 Januari 2019

Jalan Menuju Narablog

Bagaimana ceritanya sampai aku menjadi seorang narablog / blogger?
Cukup panjang, tapi saya akan mencoba menceritakannya secara runtut. Mungkin juga akan ada bagian yang terlewatkan karena perjalanan saya sebagai narablog terbilang berproses lambat dan lama. Saya menjadikan kegiatan ini sebagai hobi sehingga prosesnya mengalir begitu saja.

Cerita dimulai dari bagaimana saya bisa mengenal dunia blog
Sekitar tahun 2010, tepatnya ketika saya duduk di kelas 2 SMA, saat itu kegilaan saya akan drama Korea sedang begitu besarnya. Awalnya menonton disalah satu stasiun televisi nasional saja sudah cukup bagi saya, namun lama – kelamaan saya merasa tidak cukup sabar untuk menunggu hari esok agar mengetahui cerita selanjutnya. Aku mencurahkan kekesalan itu pada teman yang duduk di depanku. Tak disangka, ternyata dia sudah tahu jalan ceritanya sampai akhir.
“Lho, dari mana kamu tahu?”
“Di Korea kan penayangannya sudah berakhir, kamu cari saja sinopsisnya di internet.” Jawabnya
Sumber gambar : en.wikipedia.org

Dari sini aku mulai mengenal istilah “sinopsis” dan “blog”. Temanku menunjukkan beberapa blog yang sinopsisnya cukup enak dinikmati karena gaya penceritaannya yang mudah dipahami. Maka, jadilah aku sebagai pengunjung setia beberapa blog drama Korea. Saat itu aku mempunyai blogger favorit yang aku kunjungi setiap hari. Kenapa? Karena memang sinopsisnya sangat detail dan jelas, seolah – olah kita menonton secara langsung drama itu. Selain itu, diblognya banyak memuat daftar judul drama yang dia review. Hal ini membuatku mempunyai banyak pilihan untuk membaca sinopsis.
Suatu ketika dia memposting curhatannya, dia bercerita kalau blog miliknya ditawar hingga jutaan oleh seseorang yang ingin membeli. Wow! Aku merasa terkejut. Dari situ aku mulai sadar, kalau hobi ternyata juga bisa mendatangkan rejeki. Lebih terkejut lagi ketika aku mengetahui responnya ketika blognya akan dibeli. Dia menolak. Dia sangat mencintai blognya karena merasa memiliki banyak kenangan dalam mendampingi perkembangan blog itu dan itu semua tidak bisa diganti dengan uang. Aku salut.
Selanjutnya dia bercerita kalau sebenarnya dia juga sudah menghasilkan uang dari tulisan – tulisannya tanpa menjual blog miliknya. Selain menulis di blog pribadi dia juga menjadi penulis disitus Bublews.com. Setiap satu artikel yang dia buat dia akan mendapatkan bayaran tertentu. Situs itu adalah situs internasional, jadi bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Di situs itu, menurut penuturannya kalian bisa memposting artikel dengan tema apa saja. Setiap ada pengunjung yang melihat artikel kalian, maka kalian akan mendapat bayaran tertentu.
Sumber Gambar : https://blogger.googleblog.com/

Ketika Minat Itu Mulai Muncul
Ketika aku mulai menjadi penikmat blog drama Korea, aku merasa tercandu. Ada kenikmatan tersendiri setiap membaca paragrafnya. Rasa penasaran yang muncul akibat membaca alur ceritanya begitu menggebu - gebu. Juga ada rasa intim tersendiri dengan si penulis blog, setiap dia menuliskan komentarnya tentang alur cerita drama itu, dan komentarnya itu sama juga dengan pemikiranku.
"Ternyata, si mbaknya juga sependapat denganku" batinku
Aku seolah punya kawan yang sejalan, seirama dan searus. Hahaha. Sebagian besar teman - temanku tidak suka drama Korea. Hanya satu dua saja. Karena itu, ketika menemukan teman yang punya kesukaan yang sama, aku merasa begitu bahagia.
Dari membaca blognya aku mulai menemukan minatku. Untuk pertama kalinya aku menemukan sesuatu yang benar - benar aku sukai dan ingin aku kerjakan. Biasanya aku selalu mengikuti arus orang - orang di sekitarku. Aku belum pernah mempunyai keputusan sendiri. Aku hanya ikut - ikutan saja. Mengambil jurusan kuliah pun aku ikut - ikutan. Dari pada tidak kuliah, pikirku saat itu.
Mengenai hal ini, aku jadi teringat kata guruku:
"Tekunilah hal yang kau sukai, suatu saat itu akan membawamu pada jalan kesuksesan"
Untuk pertama kalinya, aku punya keyakinan yang besar akan kepastian untuk sebuah ketidakjelasan. Biasanya untuk yang semu - semu aku malas, tinggalkan saja yang tidak jelas. Tapi, dalam menjalani dunia blog ini aku merasa yakin kalau suatu saat akan sukses.
Maka mulailah aku membangun sebuah blog pribadi dan sejak itu aku bertekad untuk bisa menghasilkan "sesuatu" dari blogku. Dari blog pula, aku membuka kenangan lama tentang diriku yang suka menulis. Awalnya memang terasa sulit menghasilkan sebuah tulisan, tapi lama kelamaan terasa mengalir begitu saja. Ketika ada seseorang yang tersesat di blogku kemudian dia meninggalkan jejak, itulah yang dinamakan bahagia. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman, pendapat, atau masukan kepada orang lain melalui tulisan. Terlebih aku adalah seorang introvert dan pendiam, aku tak banyak melakukan sosialisasi dalam dunia nyataku. Tapi aku cukup senang karena blog membantu sosialisasi di dunia mayaku.
Tak sampai di situ, perjalanan dunia blogku terus berkembang. Ketika aku melihat temanku yang memposting surat yang ia dapat dari Google Adsense, aku bertanya padanya tentang itu. Maka tertariklah aku untuk ikut mendaftar di Google Adsense. Dengan semangat yang membara aku merevisi sekitar 60an artikel yang sudah ku tulis di blog. Hasilnya adalah lelah. Aku mempersiapkan semua persyaratan agar diterima di Google Adsense selama kurang lebih 1 bulan. Hasilnya aku ditolak.
Sedih dan sempat patah semangat. Saat itu aku berpikir, "Ah, memang bukan bidangku. Lagipula aku menjalankan ini hanya untuk hobi saja." Aku vakum dalam mengurusi blogku sampai berminggu - minggu karena kesibukan kerja. Tapi suatu ketika niat itu muncul lagi. Aku kembali merevisi artikel - artikelku dan kemudian mendaftar lagi di Google Adsense, hasilnya ditolak lagi. Hal ini terjadi sampai 4 kali. Saat yang kelima kali, aku pasrah. Namun disaat itu aku justru mendapatkan kabar baik kalau Google Adsense menerimaku sebagai situs penyedia layanan iklannya.
Tidakkah Takut Blog akan Tergerus Zaman?
Munculnya banyaknya inovasi baru salah satunya masyarakat yang sedang menggandrungi dunia vlog akhir - akhirnya, tak menyurutkan optimismeku pada dunia blog. Aku tetap yakin bahwa sama halnya dengan buku, blog akan tetap mempunyai peminat dan penikmatnya. Karena seseorang yang sudah merasakan kenikmatan saat membaca tak akan bisa tergantikan dengan visualisasi gambar. Sebagian besar dari kalian mungkin pernah merasakan ketika kalian membaca sebuah novel, kalian begitu merasakan "feel"nya, tapi ketika novel tersebut difilmkan rasanya kurang greget. Kalian mungkin akan berkomentar seperti ini:
"Kok, bagusan novelnya ya daripada filmnya"
That's why, aku selalu yakin bahwa dunia tulis menulis seperti blog ini akan selalu ada penikmat setianya. Dunia ini tidak akan tergerus zaman.
Jangan takut untuk menekuni dunia ini, banyak blogger sukses yang mendapatkan uang dari blog yang mereka tekuni. Salah satu blogger yang terbilang sukses adalah Nodi Harahap. Aku kagum padanya yang serius dan bersungguh - sungguh dalam menjalankan blog. Sedangkan aku masih belum berani menjadikan blog sebagai sumber mata pencaharianku. Aku masih menempatkannya sebatas hobi. Semoga ke depannya bisa lebih serius dalam dunia blog.

Jumat, 18 Januari 2019

Antara DIAM ITU EMAS atau BICARA ITU MUTIARA

Pernah dengar kata - kata mutiara DIAM ITU EMAS kan? Pasti pernah. Karena kata kata mutiara ini berkaitan erat dengan hadits Nabi yang intinya berbunyi demikian, "Berbicaralah yang baik atau diam". Nah, dari hadits ini maka mengerucutlah kata  mutiara Diam itu emas atau dalam bahasa Inggris, "Silence is golden".
Namun belakangan kata mutiara ini mendapatkan "sanggahan" dengan munculnya kata mutiara lain yaitu, "Bicara itu mutiara". Dan beberapa orang yang hobinya ngomong, menggunakan dalil ini untuk membenarkan karakternya.
Menurut saya pribadi dalam segala hal, kita jangan asal mengambil "dalil" kemudian menjadi itu sebagai prinsip yang kita pegang teguh. Lihat konteks dan latar belakangnya kenapa muncul "dalil" demikian. Btw, yang "Bicara itu mutiara" itu bukan dalil ya. Itu hanya bentuk sanggahan dari orang orang kritis.
Dalam konteks kata mutiara "Diam itu emas", Nabi Muhammad tidak serta merta menyuruh pengikutnya untuk lebih baik diam. Tetapi beliau terlebih dahulu mengatakan, berbicaralah yang baik. Nah, artinya berbicara yang baik itu justru lebih diutamakan oleh Nabi Muhammad. Baru kemudian beliau berkata, "atau diam". Ini menunjukkan bahwa diam adalah opsi kedua, yang dilakukan jika opsi pertama tidak bisa kita jalankan.
Tentu berbicara yang baik itu lebih diutamakan karena dengan perkataan yang baik akan memberikan efek - efek psikologis yang luar biasa. Misalnya menasehati anak untuk melakukan kebaikan, memuji murid karena menyelesaikan tugasnya dengan baik. Maka dalam konteks seperti ini berbicara adalah mutiara.
Sayangnya, lisan adalah hal yang paling sulit kita jaga. Banyak orang yang celaka karena tidak bisa menjaga lisannya. Banyak orang yang ketika berbicara bukan kata - kata baik yang ia keluarkan, justru hujatan, hasutan bahkan kadang fitnah. Berbicara yang baik bukanlah hal mudah, sebab tidak ada yang bisa mengontrol lisan ketika sudah berbicara kecuali iman kepada Allah. Untuk menghindari terpelesetnya diri ke lubang dosa, orang beriman biasanya memilih berdiam diri. Karena itulah nabi Muhammad memberikan opsi kedua yaitu diam. Karena opsi pertama adalah hal yang kemungkinan ummatnya kesulitan untuk melakukan.
Perihal "diam itu emas" pun perlu dilihat lagi dalam pengaplikasiannya. Ketika kamu berada dalam sebuah forum, dan terjadi diskusi yang mengharuskan peserta yang hadir untuk berpendapat maka kemukakanlah pendapatmu. Siapa tahu pendapatmu bisa menyelesaikan masalah bersama. Kalau misal pendapatmu tidak dipakaipun ya tak masalah.
Intinya pengaplikasian kata mutiara "diam itu emas" dan "berbicara itu mutiara" harus dilihat lagi situasi dan kondisinya. Jangan salah menerapkan. Pada hal - hal semacam ghibah kalian menggunakan "berbicara itu mutiara", sedangkan pada sebuah diskusi kalian menggunakan "diam itu emas". Itu salah kaprah. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Kamis, 10 Januari 2019

Dewasa Itu SADAR

Dewasa itu sadar. Dewasa itu harus mulai aware sama kesehatan. Dewasa itu harus mulai aware sama lingkungan. Dewasa itu harus mulai aware sama barang yang kita miliki. Dewasa itu ya harus aware juga sama tanggung jawab.
Dewasa itu sadar akan kesehatan. Dulu pas jaman remaja, makan suka gak dikontrol. Pokoknya apa aja yang aku suka dan aku anggap enak akan aku makan. Ternyata makin ke sini semua hal hal yang aku suka itu adalah pantangan buatku. Contohnya makanan pedas, gorengan dan kopi. Dulu aku gak bisa hidup tanpa mereka bertiga. Rasanya hampa gimana gitu. Walaupun karena mereka bertiga aku sering banget tertimpa penyakit macam typhus, radang tenggorokan dan terakhir maag. Tapi karena dulu belum berpikir dewasa, alhasil walaupun pantangan tetap aja aku makan. Wkwkwk. Dulu mindsetnya tanpa mereka bertiga aku gak bisa makan si, jadi daripada lemes dan makin sakit mendingan aku makan walau itu pantangan. Sekarang sudah mulai aware si sama kondisi badan. Dokter melarang makanan itu tuh berarti memang kondisi badanku sudah sangat sensitif dengan ketiga makanan itu. Sensitifitas orang kan masing masing ya, ada yang suka makan pedes level dewa tapi sehat sehat aja. Nah, kalau badanku itu sudah pada tahap yang lemah terhadap makanan itu. Makan pedes dikit besoknya mencret atau nggak radang tenggorokan. Jadi harus mulai sadar untuk menjaga makanan. Bukan saja karena tiga makanan itu adalah pantangan, tetapi karena menghindari pantangan itu adalah kebutuhan tubuhku. Karena sehat itu mahal. Kalau aku sakit banyak jadwal yang nantinya tidak terkondisikan dan itu malah merepotkan.
Dewasa itu sadar akan lingkungan. Lingkungan yang saya maksud adalah segala sesuatu yang ada diluar diri kita. Keluarga, tetangga, teman, lingkungan alam, dll. Yang paling utama si keluarga. Bahwa manusia hidup tidak sendirian dan bukan tanpa bantuan. Harus mulai menghargai kehadiran orang orang di sekitar kita. Kerja ya kerja, keluarga ya keluarga, teman ya teman. Jangan di mix and match ya, iya kalau match jadinya bagus, lha kalau malah amburadul?? Contoh kecil, lagi kerja mikirin masalah sama teman atau pacar. Nanti jadinya gak fokus dan hasil kerja kurang bagus. Kena marah atasan. Pasti nanti bikin mood tambah buruk. Terus kalau lagi kumpul sama keluarga ya gak usah sambil ngurusin kerjaan nanti kumpulnya gak berkualitas. Kumpul sama teman juga gitu. Obrolin lah hal hal ringan, gak usah bahas pekerjaan. Bahas boleh tapi seperlunya.
Dulu aku tuh workaholic banget. Pokoknya aku tuh punya rasa tanggungjawab yang sangat besar. Ibarat ibaratnya nih, seluruh hidup dan jiwaku itu untuk pekerjaan. Aku tuh punya loyalitas yang lumayan tinggi terhadap pekerjaanku. Waktu kumpul sama keluarga dan teman sangat jarang. Bahkan terkadang mereka aku abaikan. Lama lama aku merasa hampa, dan hampir hampir depresi karena rutinitas yang sama dan beban kerja. Puncaknya ketika liburan datang, aku adalah orang yang malas sekali keluar rumah buat hangout atau jalan jalan. Jadi selama liburan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena liburan aku tidak ada tugas pekerjaan, alhasil aku mempunyai banyak waktu luang. Tapi hal itu justru membuatku merasa ada yang hampa. Waktu berjalan terasa begitu lama, mau menghabiskan waktu bersama keluarga bingung juga. Karena merasa selama ini sudah jauh dari mereka, akibat aku jarang mengobrol bersama mereka. Bingung aja mau ngobrolin apa. Padahal di rumah sendiri tapi terasa asing. Mau jalan sama teman, mereka sedang liburan sama keluarga mereka sendiri. Dari situ aku sadar, yang akan tetap bersamaku apa pun yang akan terjadi adalah keluarga. Mereka adalah milikku yang berharga. Jadi aku harus memfokuskan mereka bukan kerja. Mereka adalah prioritas, sesibuk apa pun pekerjaanku aku tidak boleh mengabaikan mereka. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama. Kalau aku kenapa kenapa memangnya tempat kerja mau ngurus. Palingan hanya nengokin habis itu ya sudah. Selebihnya itu urusan pribadi ya kan. Keluargalah yang akan di sampingku.
Dewasa itu sadar akan barang yang kita miliki. Sadar kalau umur kita makin bertambah. Segala kebutuhan harus dipenuhi dengan kesadaran. Kita punya banyak hal yang kita miliki, tubuh misalnya. Sebagai bentuk syukur pada Tuhan tentunya kita harus merawat tubuh kita. Misal saja dulu waktu remaja kamu pakai helm karena takut ditilang sama polisi, sekarang sudah dewasa harusnya sadar. Pakai helm itu bukan karena biar tidak ditilang tapi karena memang memakai helm itu untuk keselamatan pribadi. Hidup itu juga anugerah gaes, hidup cuma sekali kamu gak mau nyia nyiain kan? Sekarang juga mulai sadar pakai sun screen atau sun block itu bukan hanya untuk kecantikan, tapi karena memang kulitku butuh itu. Mesti sadar kalau sinar UV matahari itu bahaya banget. Dulu yang namanya makai lotion macam gituan aku tuh males banget, ribet, lengket, pokoknya gak nyaman lah. Tapi makin ke sini makin sadar kalau itu memang dibutuhkan. Terus kalau punya barang apa pun ya dijaga, dirawat. Bukan masalah nanti kalau rusak beli lagi, tapi gimana kamu peduli dengan barang yang kamu miliki. Sama barang kamu aja kamu gak peduli gimana nanti sama pasangan hidup?
Dewasa itu sadar akan tanggungjawab. Tanggungjawab kita sebagai manusia yang berTuhan ya menjadi hamba. Hamba itu berarti harus menyembah pada Tuhannya. Sering kita menganggap ibadah itu adalah suatu kewajiban sehingga kita merasa berat melakukannya. Tapi perlu kita buka lagi pikiran kita, bahwa sebenarnya itu adalah tanggungjawab kita, dan sebagai manusia dewasa kita harus sadar akan tanggungjawab kita. Pekerjaan juga adalah tanggungjawab kita, jangan sedikit sedikit mengeluh. Kerja ya capek, kalau gak mau capek nganggur aja. Kerja kok gajinya sedikit. Coba lihat lagi, mungkin kamu yang kurang bersyukur. Jika memang tempat kerja itu tidak menghargai jerih payahmu dengan pantas, ya keluar. Cari pekerjaan baru. Jangan hanya menggerutu.
Tapi berbicara pekerjaan, kembali lagi saya ingatkan. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama.