Kamis, 10 Januari 2019

Dewasa Itu SADAR

Dewasa itu sadar. Dewasa itu harus mulai aware sama kesehatan. Dewasa itu harus mulai aware sama lingkungan. Dewasa itu harus mulai aware sama barang yang kita miliki. Dewasa itu ya harus aware juga sama tanggung jawab.
Dewasa itu sadar akan kesehatan. Dulu pas jaman remaja, makan suka gak dikontrol. Pokoknya apa aja yang aku suka dan aku anggap enak akan aku makan. Ternyata makin ke sini semua hal hal yang aku suka itu adalah pantangan buatku. Contohnya makanan pedas, gorengan dan kopi. Dulu aku gak bisa hidup tanpa mereka bertiga. Rasanya hampa gimana gitu. Walaupun karena mereka bertiga aku sering banget tertimpa penyakit macam typhus, radang tenggorokan dan terakhir maag. Tapi karena dulu belum berpikir dewasa, alhasil walaupun pantangan tetap aja aku makan. Wkwkwk. Dulu mindsetnya tanpa mereka bertiga aku gak bisa makan si, jadi daripada lemes dan makin sakit mendingan aku makan walau itu pantangan. Sekarang sudah mulai aware si sama kondisi badan. Dokter melarang makanan itu tuh berarti memang kondisi badanku sudah sangat sensitif dengan ketiga makanan itu. Sensitifitas orang kan masing masing ya, ada yang suka makan pedes level dewa tapi sehat sehat aja. Nah, kalau badanku itu sudah pada tahap yang lemah terhadap makanan itu. Makan pedes dikit besoknya mencret atau nggak radang tenggorokan. Jadi harus mulai sadar untuk menjaga makanan. Bukan saja karena tiga makanan itu adalah pantangan, tetapi karena menghindari pantangan itu adalah kebutuhan tubuhku. Karena sehat itu mahal. Kalau aku sakit banyak jadwal yang nantinya tidak terkondisikan dan itu malah merepotkan.
Dewasa itu sadar akan lingkungan. Lingkungan yang saya maksud adalah segala sesuatu yang ada diluar diri kita. Keluarga, tetangga, teman, lingkungan alam, dll. Yang paling utama si keluarga. Bahwa manusia hidup tidak sendirian dan bukan tanpa bantuan. Harus mulai menghargai kehadiran orang orang di sekitar kita. Kerja ya kerja, keluarga ya keluarga, teman ya teman. Jangan di mix and match ya, iya kalau match jadinya bagus, lha kalau malah amburadul?? Contoh kecil, lagi kerja mikirin masalah sama teman atau pacar. Nanti jadinya gak fokus dan hasil kerja kurang bagus. Kena marah atasan. Pasti nanti bikin mood tambah buruk. Terus kalau lagi kumpul sama keluarga ya gak usah sambil ngurusin kerjaan nanti kumpulnya gak berkualitas. Kumpul sama teman juga gitu. Obrolin lah hal hal ringan, gak usah bahas pekerjaan. Bahas boleh tapi seperlunya.
Dulu aku tuh workaholic banget. Pokoknya aku tuh punya rasa tanggungjawab yang sangat besar. Ibarat ibaratnya nih, seluruh hidup dan jiwaku itu untuk pekerjaan. Aku tuh punya loyalitas yang lumayan tinggi terhadap pekerjaanku. Waktu kumpul sama keluarga dan teman sangat jarang. Bahkan terkadang mereka aku abaikan. Lama lama aku merasa hampa, dan hampir hampir depresi karena rutinitas yang sama dan beban kerja. Puncaknya ketika liburan datang, aku adalah orang yang malas sekali keluar rumah buat hangout atau jalan jalan. Jadi selama liburan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena liburan aku tidak ada tugas pekerjaan, alhasil aku mempunyai banyak waktu luang. Tapi hal itu justru membuatku merasa ada yang hampa. Waktu berjalan terasa begitu lama, mau menghabiskan waktu bersama keluarga bingung juga. Karena merasa selama ini sudah jauh dari mereka, akibat aku jarang mengobrol bersama mereka. Bingung aja mau ngobrolin apa. Padahal di rumah sendiri tapi terasa asing. Mau jalan sama teman, mereka sedang liburan sama keluarga mereka sendiri. Dari situ aku sadar, yang akan tetap bersamaku apa pun yang akan terjadi adalah keluarga. Mereka adalah milikku yang berharga. Jadi aku harus memfokuskan mereka bukan kerja. Mereka adalah prioritas, sesibuk apa pun pekerjaanku aku tidak boleh mengabaikan mereka. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama. Kalau aku kenapa kenapa memangnya tempat kerja mau ngurus. Palingan hanya nengokin habis itu ya sudah. Selebihnya itu urusan pribadi ya kan. Keluargalah yang akan di sampingku.
Dewasa itu sadar akan barang yang kita miliki. Sadar kalau umur kita makin bertambah. Segala kebutuhan harus dipenuhi dengan kesadaran. Kita punya banyak hal yang kita miliki, tubuh misalnya. Sebagai bentuk syukur pada Tuhan tentunya kita harus merawat tubuh kita. Misal saja dulu waktu remaja kamu pakai helm karena takut ditilang sama polisi, sekarang sudah dewasa harusnya sadar. Pakai helm itu bukan karena biar tidak ditilang tapi karena memang memakai helm itu untuk keselamatan pribadi. Hidup itu juga anugerah gaes, hidup cuma sekali kamu gak mau nyia nyiain kan? Sekarang juga mulai sadar pakai sun screen atau sun block itu bukan hanya untuk kecantikan, tapi karena memang kulitku butuh itu. Mesti sadar kalau sinar UV matahari itu bahaya banget. Dulu yang namanya makai lotion macam gituan aku tuh males banget, ribet, lengket, pokoknya gak nyaman lah. Tapi makin ke sini makin sadar kalau itu memang dibutuhkan. Terus kalau punya barang apa pun ya dijaga, dirawat. Bukan masalah nanti kalau rusak beli lagi, tapi gimana kamu peduli dengan barang yang kamu miliki. Sama barang kamu aja kamu gak peduli gimana nanti sama pasangan hidup?
Dewasa itu sadar akan tanggungjawab. Tanggungjawab kita sebagai manusia yang berTuhan ya menjadi hamba. Hamba itu berarti harus menyembah pada Tuhannya. Sering kita menganggap ibadah itu adalah suatu kewajiban sehingga kita merasa berat melakukannya. Tapi perlu kita buka lagi pikiran kita, bahwa sebenarnya itu adalah tanggungjawab kita, dan sebagai manusia dewasa kita harus sadar akan tanggungjawab kita. Pekerjaan juga adalah tanggungjawab kita, jangan sedikit sedikit mengeluh. Kerja ya capek, kalau gak mau capek nganggur aja. Kerja kok gajinya sedikit. Coba lihat lagi, mungkin kamu yang kurang bersyukur. Jika memang tempat kerja itu tidak menghargai jerih payahmu dengan pantas, ya keluar. Cari pekerjaan baru. Jangan hanya menggerutu.
Tapi berbicara pekerjaan, kembali lagi saya ingatkan. Kerja sewajarnya, keluarga yang utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar