Source pic : jogja.tribunnews.com
Ibu
adalah satu dari orang yang kita jadikan pegangan hidup.
Ibu
adalah sumber kekuatan bagi anaknya.
Dari
berbagai peristiwa dan perbincangan, aku selalu kagum pada sosok IBU.
Setiap
ibu adalah orang terbaik di dunia, setidaknya ia adalah yang terbaik bagi
anaknya.
Ibuku,
Ibu teman ku, Ibu guru, dan seluruh ibu-ibu di dunia adalah yang terbaik.
Segala
perlakuan ibu pasti atas dasar “demi anak”.
Ibu
mana yang tidak pernah berjuang untuk anaknya.
Mereka
semua berjuang, demi anak – anaknya.
Berjuang
jadi ibu rumah tangga yang baik, atau berjuang untuk bekerja demi masa depan
anaknya.
Sejujurnya,
setiap Ibu dari lubuk hatinya terdalam pasti bermimpi untuk menjadi “ibu rumah
tangga”, yang selalu bisa dekat dengan anaknya.
Jika
mereka bisa memilih, opsi tersebut adalah pilihan utama.
Sayangnya,
terkadang keadaan memaksa mereka untuk bekerja dan terpisah dengan anaknya.
Sakit pasti, ketika keadaan mengharuskannya mengubur impian mulia itu.
Tapi
tak ada pilihan lain. Ia memilih terluka, demi kebahagiaan anaknya.
Pada
suatu kesempatan, aku pernah bertemu dengan sosok ibu yang hebat.
Ibu
itu rela bekerja keras demi kehidupan bahagia anaknya.
Ibu
itu tak pernah mengenyam pendidikan sekolah, jadi yang ia tahu ia hanya ingin
mencari uang banyak dan membuat anaknya sekolah setinggi mungkin.
Ibu
itu rela menyeberangi samudera dan lautan hanya demi kebahagiaan anaknya.
Tapi
apakah kau tahu bahwa ada hal berharga yang harus dibayarnya, ia harus rela
berpisah dengan anaknya.
Sakit
pasti, menahan rindu yang memuncak dan tak bisa bertemu anaknya selama
bertahun-tahun.
Namun
ia tak pernah menampakkan guratan itu dalam wajahnya yang tercermin hanyalah
"aku bangga padamu nak, akan aku lakukan semuanya untuk mu".
Suatu
kali pula, aku pernah bertemu dengan seorang ibu.
Dari
sinar wajahnya yang mulai redup aku menebak kepribadiannya agak judes dan tak
peduli.
Namun
kesan pertama itu salah, dia sama sekali bukan orang yang judes dan tak peduli.
Dia
justru orang yang sangat bijaksana dan pembimbing yang sabar.
Aku
membaca ada banyak kelembutan dibalik sikapnya yang tegas.
Dia
sosok ibu yang benar-benar ibu. Tak kalah dengan sosok ibu yang pertama.
Lama.
. . sampai aku tahu bahwa ternyata dia mengalami banyak kesulitan, kehilangan
cinta dan ujian besar dari sang Maha kuasa.
Mungkin
itulah yang membuat sinar kebahagiaan wajahnya redup.
Tapi
yang membuatku kagum, bahwa ia tak pernah menampakkan kerapuhannya.
Ia
justru mencerminkan betapa ia adalah sosok wanita yang kuat dan sangat tabah.
Tiap
ibu, punya kisah yang menjadikannya sebagai sosok yang kuat dan pantas dikagumi
dan sejauh ini aku selalu dikelilingi dengan sosok – sosok ibu yang hebat.
Dengan cerita perjuangan mereka masing – masing untuk anaknya yang menjadikan
mereka sebagai sosok yang hebat.
Suatu
saat aku juga akan menduduki posisi mulia itu.
Semoga
aku bisa menjadi ibu yang baik, bagi anak-anakku dan anak-anak yang aku kasihi
sebagai anak.