Sabtu, 03 November 2018

(QUOTES) Sudah Tua Tapi Kok Masih Labil Juga...?

Pernah bertemu dengan orang seperti itu?

Mungkin barang kali kau harus menghadapi mereka setiap hari

Kesel, bawaannya pengen emosi. Tapi mau diapain? Dia lebih tua, takutnya kualat. Akhirnya cuma bisa menahan diri. Tapi dirasa - rasa kok lama - lama jadi gondok ya?

Terus mau diapain? Masa kita harus makan hati terus menghadapi kelabilannya. Udah kayak anak ABG aja. Anak ABG aja gak gitu - gitu amat.

Lalu aku harus bagaimana?

Sabar...jangan keburu menjustifikasi. Orang - orang seperti sebenarnya adalah orang yang belum matang secara psikologis.

Barangkali ada satu tugas dalam masa perkembangannya yang belum terselesaikan atau belum diselesaikan

Misalnya dulu waktu kecil dia tidak mendapat cukup waktu untuk bermain, atau dia melewati masa remaja yang cukup keras sehingga tidak memiliki kesempatan untuk membentuk kelompok dengan teman - teman sebayanya.

Mungkin saja seperti itu. Dia belum melunasi tugas perkembangan pada masa sebelumnya, akhirnya jiwanya belum matang.

Orang - orang seperti itu sebenarnya menyedihkan. Harusnya kau kasihan kepada mereka.

Rangkul mereka. Mungkin kau bukan termasuk orang yang nasehatnya bisa ia terima. Mungkin kau tidak bisa mengubah karakternya. Tak apa, cukup berteman saja dengan dia.

Pahami saja keadaannya. Jika ia menampakkan kelabilannya, tutup mata, tutup telinga, dan tutup mulut. Orang - orang seperti itu memang butuh pelampiasan sebagai bentuk protes atas hidupnya yang tidak sesuai dengan kehendaknya.

Atau...
Jika kau takut "makan hati", menjauhlah jika dia sedang menampakkan kelabilannya dan bertemanlah ketika dia sudah baik - baik saja.

Bukankah "hidup itu penuh warna"?, jika tidak ada orang - orang seperti itu dalam hidupku, aku tidak akan bisa menulis ini.

DAESY, 03 November 2018

Kamis, 01 November 2018

(SHARING) Haruskah Menjual Pertemanan yang Lama?

Apa yang kau rasakan ketika kau mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain tentangmu?
Tak masalah jika yang dibicarakan itu kebaikanmu, tapi bagaimana jika keburukanmu?
Untuk ku, terkadang aku punya sisi cuek yang keterlaluan sampai omongan orang tentang diriku pun aku tak pedulikan
Namun, sisi itu tak aku temukan saat ini. Bayangkan, orang yang membicarakan keburukan dirimu adalah teman baikmu sendiri
Entah aku harus menyebutnya sahabat atau teman atau sebutan yang mungkin tak pernah ingin aku ucapkan padanya
Yang jelas aku sudah mengenalnya cukup lama
Untuk karakternya yang satu ini, sebenarnya aku sudah bisa membacanya
Sayang, aku tak pernah menyangka bahwa aku juga akan jadi sasaran mulutnya yang tak bisa dikontrol
Kadang otak jernihku menyuruh untuk melupakannya dan memahami apa yang dia lakukan
Mungkin maksudnya tidak demikian, mana mungkin pada teman dia berniat jahat
Mungkin itu hanya bahan obrolan agar dia bisa mengakrabkan diri pada teman barunya
Namun otak jahatku mengelak, jika ia ingin mendapatkan pertemanan baru haruskah ia menjual pertemanan yang lama?
Barang lama saja kadang disimpan setelah ada barang baru, hanya agar kenangan dengan barang lama tersebut masih bisa diingat oleh pemiliknya
Apalagi ini sebuah persahabatan, mana mungkin bisa tergadaikan
Aku mengenalnya lebih dulu, setidaknya jika aku memang tidak baik dimatanya mana boleh dia membuka aibku di depan orang lain
Harusnya dia menutupinya kan? Jika memang dia tidak menyukai sifatku kenapa harus menjelaskannya pada orang lain?
Toh itu hanya akan membuat orang lain tahu bahwa, "you are not good friend". Bukan sesuatu hal yang seutuhnya menguntungkanmu
Allah saja menyuruh untuk menutupi aib sesama muslim, entah itu dekat entah itu tidak.
Entahlah. Aku tak tahu apa motivasinya melakukannya
Yang jelas aku ingin melupakan apa yang telah dilakukannya padaku dan berharap jika karma itu memang ada, aku tidak ingin itu berlaku padanya
Biarkan dia tetap nyaman pada posisinya, dan berpura-pura tak terjadi apapun. Meski sebenarnya kepercayaanku terluka
Semoga jika bangun nanti aku kembali ceria dan bisa bersikap padanya sebagaimana biasa.
Pekalongan, 2 November 2015