Minggu, 30 Desember 2018

Zaman Millenial Masih Buta Teknologi? Anda Waras?


Apakah judul artikel di atas menimbulkan provakasi? Mohon maaf apabila memiliki kesan yang demikian, karena memang nyatanya saya ingin memberikan hentakan untuk menyadarkan para pembaca akan pentingnya menguasai teknologi pada era digital seperti ini. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa buta teknologi bukanlah masalah besar.

"Ah, kita kan bisa minta tolong sama yang sudah ahli."
Terkadang alibi semacam itu masih kita dengar. Gaes, sadar dong! Ok, sekali atau dua kali kalian bisa minta tolong kepada orang lain, tapi lama - lama? Ngeselin tahu gak sih! Ok kalau misal orang yang kalian mintai tolong itu berjiwa malaikat, tapi apa kalian yakin dia bisa diandalkan setiap waktu? Dia juga manusia yang terkadang mempunyai urusan sendiri, dan ketika dihadapkan dengan hal demikian, tentunya dia akan memilih untuk menyelesaikan urusannya sendiri terlebih dahulu.

Di zaman ini, diri kita sendirilah yang bisa kita jadikan tempat bergantung. Bukan orang tua, anak, saudara, teman atau orang lain. Tapi, KITA. Karena itu, kita harus terus mengembangkan diri sebanding dengan perkembangan teknologi. Memang jika dipikir - pikir kita akan merasa lelah mengikuti perkembangan teknologi yang ada, sebab sekarang teknologi berkembang dengan begitu pesat. Eits, jangan beranggapan demikian dahulu, coba dipikir ulang! Siapa yang menciptakan teknologi? Manusia kan? Karena itu manusia mempunyai kemampuan yang lebih besar dari teknologi itu sendiri, maka jangan merasa lelah dan berputus asa dalam mempelajari teknologi karena manusia itu hebat. Kita HEBAT.

Tidak ada kata terlambat dalam mempelajari teknologi, yang ada hanyalah belajar yang TEPAT. Maksudnya bahwa mempelajari teknologi tidak mengenal usia, mau itu orang tua, orang muda bahkan mungkin anak - anak sudah seharusnya mengenal teknologi pada era global ini. Namun jangan lupakan kata TEPAT yang saya bilang tadi. TEPAT yang saya maksud adalah tepat dalam pendayagunaannya dan tepat dalam waktunya. Tepat dalam pendayagunaan maksudnya bahwa teknologi itu harus kita manfaatkan secara tepat sesuai dengan fungsinya.

Teknologi pada dasarnya adalah "alat", di mana alat itu tergantung pada pemakainya. Teknologi akan memiliki dampak baik jika digunakan untuk hal kebaikan, dan akan memiliki dampak buruk jika digunakan untuk keburukan. Maka sudah seharusnya kitalah yang mengendalikan teknologi, bukan kita yang dikendalikan teknologi. Dalam masalah pengenalan teknologi pada anak, menurut saya pribadi boleh - boleh saja. Sebab pengenalan teknologi sejak dini memang diperlukan mengingat tuntutan zaman yang mungkin serba digital di era - era mendatang. Namun di sini diperlukan peran orang tua dalam hal filterisasi. Seperti yang saya katakan tadi bahwa teknologi adalah "alat", sebagai manusia dewasa tentu dengan sendirinya kita sudah tahu harus bagaimana menggunakan alat itu untuk jalan kebaikan, namun bagi anak - anak mereka masih naif. Keingintahuan mereka lebih besar daripada insting penyaringan mereka. Karena itu, orang tua harus memilah dan memilih teknologi yang tepat untuk dikenalkan pada anak.  Orang tua juga perlu melakukan pendampingan ketika anak memanfaatkan teknologi yang ada.

Penggunaan teknologi juga harus tepat pada waktunya. Maksudnya ada porsi tertentu dan waktu tertentu dalam menggunakan teknologi. Jangan sampai teknologi membuat kita terbuai. Contohnya, dewasa ini kita sering menjumpai orang - orang sangat tergantung pada HP. Berkumpul dengan keluarga mereka memegang HP, kumpul dengan teman mereka memegang HP. Mereka berkumpul tapi malah asik dengan HP masing - masing. Lalu buat apa mereka berkumpul, kalau toh tidak ada bobotnya juga perkumpulan itu. Jadi pintar - pintarlah kita dalam menggunakan teknologi. Jangan sampai kita dikuasai teknologi, kitalah yang harus menguasai teknologi!

Agar memperluas pengetahuan kalian tentang teknologi - teknologi terbaru, ada banyak cara yang bisa kalian lakukan. Salah satunya dengan membaca artikel - artikel di internet yang membahas tentang teknologi. Salah satu laman web yang fokus pada pembahasan tentang teknologi mutakhir adalah situs androbuntu.com. Nah, di bawah ini penampakan halaman beranda situs androbuntu!

Banyak informasi yang bisa kalian dapatkan dalam situs tersebut. Mulai dari berbagai macam sejarah teknologi, tutorial penggunaan teknologi, sampai review tentang teknologi terbaru. Situs ini sangat bermanfaat. Misal saja kalian ingin membeli HP, nah sebelum membeli HP kalian bisa membaca review dari spesifikasi HP yang kalian incar itu di blog ini. Disalah satu artikel yaitu review Xiaomi Redmi 5 Plus bahkan mencantumkan kisaran harganya, sehingga kalian bisa menentukan apakah budget kalian cukup atau tidak. Blog ini cukup simple dalam hal penampilannya. Karena sederhana itulah yang membuat kita betah untuk lama - lama berselancar disitus tersebut. Sayangnya situs ini memiliki banyak penayangan iklan. Bagi kalian yang mau berselancar tentunya harus menggunakan sinyal internet yang kuat, jika tidak maka akan sangat lemot saat berselancar di sana.

Sabtu, 29 Desember 2018

Didoakan Orang Gila (Part 2)

Bayangkan ya...
Orang - orang berbondong - bondong berjalan menuju pintu keluar sementara kita berjalan menuju pintu masuk. Jadi kami berjalan melawan arus. Yah, hitung - hitung pijat gratis lah di senggol sana sini *hehe. Tak lama kami berjalan, dari arah belakang aku merasa ada yang mencolek bahuku. Omegot, siapa si ni orang iseng banget. Aku abaikan saja dan terus mempercepat langkah. Eh ternyata colekan itu tidak berhenti, kesal pun akhirnya aku menengok ke arah belakang. 
"Mbak maaf ya, roknya jenengan jadi basah", katanya dengan nada sopan dan raut muka bersalah.
Oh ya, "jenengan" adalah bahasa Jawa yang sangat sopan untuk kata ganti orang kedua (kamu). Mendengar dia meminta maaf dengan tulus (sepertinya) aku pun merespon santai.
"Oh ya ya, gak papa kok MAS", eh ternyata ya, dia itu mas mas alias laki laki.
Aku merasa terenyuh saja, dia rela membuntuti aku untuk minta maaf. Padahal mungkin dia bertujuan untuk pulang, I mean harusnya dia berjalan berlawanan arah denganku. Tapi demi meminta maaf kepadaku dia rela berjalan berlawanan arah. Cie cie, berasa diperjuangkan *abaikan. Padahal ya, aku sudah bilang tidak apa - apa sejak di awal botol minumnya tumpah itu. Apa jangan - jangan dia modus? Enggaklah, wajah kalem gitu. Habis minta maaf pun dia tidak mengatakan apa - apa lagi dan langsung menghilang. Eh busyet dah tuh anak, udah macam makhluk ghoib saja.
Cerita berganti fokus, dari yang tadinya aku diperjuangkan sekarang giliran aku yang memperjuangkan (pen ; memperjuangkan salim dengan Abah). Sejujurnya aku sangat tidak suka dengan konsep desak - desakan ala Indonesia. Konsep ini banyak terjadi lho dibeberapa daerah. Menurutku ini agak tidak adil. I mean, siapa yang kuat dia yang akan menang. Coba kalian amati, dalam 'desak desakan' macam ini. pasti anak - anak muda lah yang lebih dulu mendapat giliran. Karena mereka bisa menyerobot ke sana kemari dengan gesitnya. Maklumlah darah muda. Sebenarnya untuk masalah seperti ini, aku bisa salah ikut ikutan nyerobot ke sana ke sini. Toh, aku gak lemah lemah amat. Tapi kasian aja gitu, orang orang tua yg sama sama udah nunggu lama. Apalagi karena darah tua mereka, berdiri lama dikit kaki langsung kram. Aku tuh, 'suker' (apa si bahasa Indonesianya? intinya gak tahan lihat ginian). Gak tertib, harusnya lebih baik pakai budaya antri. Toh pasti semuanya dapat jatah kok salim sama Abah. Abahnya juga mau nungguin. Kasian aja para petugas yang mengatur barisan. Mereka udah teriak teriak memberi intruksi tapi malah tidak digubris. Mereka tetap aja gak tertib termasuk saya *haha. Karena memang kalau kamu udah masuk ke arus barisan itu, mau gak mau kamu memang harus berjuang untuk maju. Karena tidak ada jalan mundur. Badan terdorong ke sana kemari, perut ke genjet sampai kram padahal belum sarapan. Luar biasa perjuangannya.
Setelah melewati arus desak desakan itu, aku justru "blank" ketika sampai di depan Abah. Spechless. What an Amazing day. Aku berada di depan orang besar di kotaku dan aku akan menyentuh tangannya. Omegot. Gak berasa. Serius gak berasa. Kayak bukan kenyataan aja gitu. Bayangin saat itu otakku blank, ditambah hanya sekitar satu detik aku salim sama Abah. Tetibanya aku udah salim aja dan berjalan menjauhi Abah. "Tadi aku udah salim belum si?", benar benar gak berasa. Satu satunya yang aku ingat adalah tangan Abah lembut banget. Serius, tanganku itu udah termasuk lembut (kata teman - temanku), tangannya Abah jauh lebih lembut. Itulah gaes, bedanya tangan yang biasa digunakan untuk berdzikir dan memohon kepada Allah dengan tangan yang digunakan untuk sesuatu yang gak jelas.
Singkat cerita, aku dan kawanku cari makan dulu di sekitar situ sebelum pulang. Setelah pesan makanan aku duduk dan makan sambil lahap. Tak berapa lama duduklah seseorang di sebelah temanku. Dia bertanya basa basi. Kemudian dia mulai agak serius.
"Nok, cari jodoh itu yang baik. Yang bisa ngaji dan sholeh. Jangan hanya pandang hartanya saja."
Dalam hati gue, "wah keren nih orang, hatinya murni". Btw, "NOK" adalah panggilang untuk anak perempuan yang belum menikah (ada unsur menyayangi dalam kata tersebut).
"Saya doakan, semoga kalian bertemu dengan jodoh yang baik, sholeh, bisa kerja, dan bisa menolog dunia akhirat." dia melanjutkan
Dalam hati gue, "Wah makin keren nih orang". Kami hanya menjawab doanya dengan "AMIN".
Tak seberapa lama berselang, aku baru sadar kalau ternyata di sebelah orang gila itu adalah teman sekampusku dulu. Itu pun aku sadar karena ketika aku menoleh, aku merasa dia tersenyum padaku. Aku gak terlalu mengenali wajahnya pada mulanya, tapi lama kelamaan ternyata memang dia temanku.
Aku berbasa - basi menyapanya. Sambil ketawa - ketawa merespon jawabannya karena aku merasa ada unsur kelucuan di dalamnya. Orang yang tadi mendoakan kami menyeletuk.
"Pacarnya ya mbak?" tanyanya mengagetkanku
"Bukan, bu. Ini teman kuliah." jawabku
"Lho kalau pacarnya juga gak papa, siapa tahu jodoh?" aku langsung menyerngit (heh?)
***
Kami sudah selesai makan dan kami hendak pulang, sebelumnya kami membayar makanan kami dulu. Sambil memberikan kembalian, ibu penjual nasi bilang kalau orang yang tadi mendoakan kami itu adalah orang gila. What?? jadi tadi kami duduk di sebelahnya orang gila. Udah gitu, kami dinasehati dan didoakan orang gila. Wow, amazing.
Tapi semua itu aku pikir memang ada takdir dari Tuhan. Kata teman - teman ku yang merespon ceritaku ini, mayoritas bilang kalau aku harus bersyukur didoakan orang gila. Doanya orang gila itu siapa tahu lebih mustajab, sebab mereka itu tidak punya dosa. Selain itu, siapa tahu orang gila itu adalah jelmaan malaikat. Buktinya, kata - kata yang dia keluarkan cenderung berbobot dan bermanfaat. Skenario Allah memang luar biasa. Terimakasih Allah.
- - -
Itu ceritaku, mana ceritamu

Sabtu, 22 Desember 2018

Didoakan Oleh Orang Gila

9Sedikit berbagi pengalaman. Entah ini bisa dibilang lucu atau tidak, tapi ini cukup menggelikan bagiku. Jadi ceritanya, pada suatu pagi aku berniat untuk mengikuti pengajian rutin di dekat rumah. Gurunya itu seorang ulama besar di kotaku, bahkan beliau juga cukup masyhur di luar kota, bisa dikatakan sudah cukup terkenal secara nasional. Pernah diundang dalam beberapa stasiun televisi dan pernah mengadakan diskusi dengan Bapak Presiden Joko Widodo. Itu sekilas tentang biografi beliau. Kami para santri biasa memanggil beliau dengan sebutan Abah.
Kembali ke cerita, pada pagi itu aku pergi bersama temanku. Kami berangkat agak kesiangan. Maksud hati ingin berangkat jam 06.30, tapi apalah daya jam 07.00, motor baru digas *hehe. Sampai di tempat pengajian, orang orang sudah penuh sesak memadati tempat yang tersedia. Kami hanya bisa mendapatkan tempat dibagian belakang, karena bagian depan sudah penuh.
Maka digelarlah alas plastik yang dibawa oleh temanku. Dalam hati berkata, "canggih juga ni anak, sudah sedia payung sebelum hujan."
Saat aku khusyuk membaca amalan seperti sholawat, istighfar dan dzikir - dzikir lain, tiba - tiba saja aku mendengar bunyi "pluk..." (apa sih, semacam itu lah. Susah mencari padanan katanya). Seketika itu juga aku merasakan rok ku basah. Ku tengokkan kepala ke belakang, saat itu seseorang di belakangku sedang membersihkan botol minumnya yg tumpah dan mengenai rok ku. Sembari membersihkan, dia mengucapkan. "Maaf mbak, maaf". Aku tidak terlalu "ngeh" dengan wajah orang itu, karena aku terlalu fokus pada rok ku yg basah, sembari mengucapkan. "Oh gak papa kok mas".
Setelah itu, aku menggeser sedikit posisi dudukku agar rokku tidak semakin basah. Aku melupakan kejadian itu dan kembali melanjutkan bacaan amalan dzikir.
***
Selesainya pengajian, aku bersama teman berniat untuk mencium tangan Abah terlebih dahulu. Biasa kami menyebut kegiatan ini dengan nama "salim". Di antara jamaah lain, mayoritas memilih pulang. Namun tak sedikit pula yang berniat sama sepertiku. Menurutku, untuk mencapai maksud itu memang butuh perjuangan gaes. Perjuangan yang nyata gitu, benar benar berjuang. Bayangkan..

Lanjut part 2 ya, ceritanya masih lumayan panjang! Terimakasih sudah mampir

Senin, 17 Desember 2018

Berusaha, Tapi Coba Baca Lagi Hikmahnya

Sebagai manusia, Tuhan memang selalu memerintahkan kita untuk berusaha. Usaha banyak macamnya. Meraih impian butuh usaha, mendapatkan uang butuh usaha, mendapatkan jodoh pun butuh usaha. Segala yang ingin kita dapatkan butuh diusahakan.
Allah berfirman bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali dirinya sendiri yang mengubahnya dengan usaha. Sudah jelas, bahwa Allah memberikan sesuatu untuk kita tergantung apa yang kita usahakan. Usaha adalah kewajiban. Jika kau berpangku tangan, maka pasrah saja terhadap apa yang akan kau dapatkan.
Terkadang ada saat di mana, meskipun kita sudah berusaha, tapi kita belum mendapatkan hasilnya. Di saat inilah kita diperintahkan untuk bersabar. Allah sedang menguji kita. Allah ingin melihat kegigihan usaha kita. Karena Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebig besar dari yang kau harapkan.
Namun, ada juga saat di mana, meskipun sudah benar - benar kita usahakan, jatuh bangun kita upayakan, mati - matian kita perjuangkan, tapi belum kita dapatkan. Kita sudah melewati fase bersabar, kemudian kita mencoba bangkit untuk kembali berjuang. Lalu gagal lagi. Begitu, siklus terjadi berkali - kali. Mungkin saat itulah kau harus sadar, bahwa Allah menginginkan kau menerima takdir lain yang telah Dia persiapkan.

Essie, 17 Desember 2018

Jangan Berteman Dengan Mereka yang Membicarakan Keburukan Orang

Pernah bertemu dengan orang yang hobinya menguliti orang lain? Maaf di sini saya memakai istilah menguliti. Istilah ini saya pinjam dari teman saya. Tapi tepat juga istilah ini dipakai untuk mendefinisikan orang orang yang mempunyai hobi membicarakan keburukan orang lain. Jangankan keburukan yang nampak di depan mata, sudah baikpun masih dicari cari kesalahannya. Seolah mereka adalah orang paling suci. Wow, aku merasa amazing sekali pada mereka.
"Gajah dipelupuk mata tak nampak, semut diseberang lautan nampak". Mungkin seperti itu pepatah yang tepat. Orang seperti itu meskipun bersalah mereka selalu mencari pembelaan, jadi seolah olah mereka tidak bersalah. Sekali lagi, mereka orang suci gaes. Pintar beralibi.
Kalian males banget tidak si, dengan orang orang yang semacam ini. Kalau aku pribadi, telingaku sampai panas kalau dengar mereka "menguliti" keburukan orang lain. Apa apa dikomentari. Kerudung baru dikomentari. Dandanan dikomentari. Status dikomentari. Pokoknya bawaannya komentar terus. Aduh, mbak situ kurang kerjaan apa nganggur si? Tidak ada pembahasan yang lebih berfaedah apa?
Daripada sibuk mengomentari hidup orang lain, mending urusin hidup sendiri. Hidupnya sendiri aja belum benar. Mau benerin hidup orang lain? Anda waras?
Lalu, kalau kalian bertemu dengan orang macam ini apa yang akan kalian lakukan? Saran saya, pertama yang harus kalian lakukan adalah jangan direspon omongan mereka. Maksudnya, kamu cukup dengerin aja yang mereka katakan. Jangan menambah nambahi, hal ini hanya akan membuat mereka semakin menjadi jadi. Merespon dengan anggukan saja cukup efektif untuk menghentikan omongan tidak penting mereka. Ini terbukti, karena aku sering melakukannya. Hehe
Kedua, jangan banyak bergaul dengan mereka. Orang orang seperti mereka hanya akan membawa aura negatif gaes. Pasti bawaannya gak mood aja tiap dengar omongan mereka. Jangan terlalu terbuka juga dengan orang macam mereka. Karena yang saya amati, orang seperti mereka ini bermuka dua gaes. Sama kamu keliatannya dia manis, di belakang kamu pasti juga menjadi bahan untuk "dikuliti". Mereka pintar memaniskan kata. Omegot, dongkol gak si.
Ketiga, berkumpullah dengan orang orang yang membicarakan impian bukan gosip murahan. Hal ini akan membuat hidupmu lebih maju. Paling tidak kau juga akan tergerak untuk bermimpi. Mereka yang membicarakan orang lain karena tidak punya impian gaes. Atau berkumpullah dengan mereka yang selalu bertindak nyata untuk mencari solusi, bukan hanya mengomentari.
Keempat, maklumilah mereka. Hidup mereka mungkin penuh kesedihan, jadi mereka mencari kebahagiaan dengan cara semacam itu.
Jika kalian merasa bagian dari orang yang masih suka membicarakan keburukan orang lain, dan repot repot mengurusi hidup orang lain, yuk mulai sekarang berubah. Jangan membawa aura negatif pada orang orang sekitarmu. Mulai sekarang bawa aura positif pada mereka dengan banyak membicarakan mimpi dan solusi.

Sabtu, 03 November 2018

(QUOTES) Sudah Tua Tapi Kok Masih Labil Juga...?

Pernah bertemu dengan orang seperti itu?

Mungkin barang kali kau harus menghadapi mereka setiap hari

Kesel, bawaannya pengen emosi. Tapi mau diapain? Dia lebih tua, takutnya kualat. Akhirnya cuma bisa menahan diri. Tapi dirasa - rasa kok lama - lama jadi gondok ya?

Terus mau diapain? Masa kita harus makan hati terus menghadapi kelabilannya. Udah kayak anak ABG aja. Anak ABG aja gak gitu - gitu amat.

Lalu aku harus bagaimana?

Sabar...jangan keburu menjustifikasi. Orang - orang seperti sebenarnya adalah orang yang belum matang secara psikologis.

Barangkali ada satu tugas dalam masa perkembangannya yang belum terselesaikan atau belum diselesaikan

Misalnya dulu waktu kecil dia tidak mendapat cukup waktu untuk bermain, atau dia melewati masa remaja yang cukup keras sehingga tidak memiliki kesempatan untuk membentuk kelompok dengan teman - teman sebayanya.

Mungkin saja seperti itu. Dia belum melunasi tugas perkembangan pada masa sebelumnya, akhirnya jiwanya belum matang.

Orang - orang seperti itu sebenarnya menyedihkan. Harusnya kau kasihan kepada mereka.

Rangkul mereka. Mungkin kau bukan termasuk orang yang nasehatnya bisa ia terima. Mungkin kau tidak bisa mengubah karakternya. Tak apa, cukup berteman saja dengan dia.

Pahami saja keadaannya. Jika ia menampakkan kelabilannya, tutup mata, tutup telinga, dan tutup mulut. Orang - orang seperti itu memang butuh pelampiasan sebagai bentuk protes atas hidupnya yang tidak sesuai dengan kehendaknya.

Atau...
Jika kau takut "makan hati", menjauhlah jika dia sedang menampakkan kelabilannya dan bertemanlah ketika dia sudah baik - baik saja.

Bukankah "hidup itu penuh warna"?, jika tidak ada orang - orang seperti itu dalam hidupku, aku tidak akan bisa menulis ini.

DAESY, 03 November 2018

Kamis, 01 November 2018

(SHARING) Haruskah Menjual Pertemanan yang Lama?

Apa yang kau rasakan ketika kau mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain tentangmu?
Tak masalah jika yang dibicarakan itu kebaikanmu, tapi bagaimana jika keburukanmu?
Untuk ku, terkadang aku punya sisi cuek yang keterlaluan sampai omongan orang tentang diriku pun aku tak pedulikan
Namun, sisi itu tak aku temukan saat ini. Bayangkan, orang yang membicarakan keburukan dirimu adalah teman baikmu sendiri
Entah aku harus menyebutnya sahabat atau teman atau sebutan yang mungkin tak pernah ingin aku ucapkan padanya
Yang jelas aku sudah mengenalnya cukup lama
Untuk karakternya yang satu ini, sebenarnya aku sudah bisa membacanya
Sayang, aku tak pernah menyangka bahwa aku juga akan jadi sasaran mulutnya yang tak bisa dikontrol
Kadang otak jernihku menyuruh untuk melupakannya dan memahami apa yang dia lakukan
Mungkin maksudnya tidak demikian, mana mungkin pada teman dia berniat jahat
Mungkin itu hanya bahan obrolan agar dia bisa mengakrabkan diri pada teman barunya
Namun otak jahatku mengelak, jika ia ingin mendapatkan pertemanan baru haruskah ia menjual pertemanan yang lama?
Barang lama saja kadang disimpan setelah ada barang baru, hanya agar kenangan dengan barang lama tersebut masih bisa diingat oleh pemiliknya
Apalagi ini sebuah persahabatan, mana mungkin bisa tergadaikan
Aku mengenalnya lebih dulu, setidaknya jika aku memang tidak baik dimatanya mana boleh dia membuka aibku di depan orang lain
Harusnya dia menutupinya kan? Jika memang dia tidak menyukai sifatku kenapa harus menjelaskannya pada orang lain?
Toh itu hanya akan membuat orang lain tahu bahwa, "you are not good friend". Bukan sesuatu hal yang seutuhnya menguntungkanmu
Allah saja menyuruh untuk menutupi aib sesama muslim, entah itu dekat entah itu tidak.
Entahlah. Aku tak tahu apa motivasinya melakukannya
Yang jelas aku ingin melupakan apa yang telah dilakukannya padaku dan berharap jika karma itu memang ada, aku tidak ingin itu berlaku padanya
Biarkan dia tetap nyaman pada posisinya, dan berpura-pura tak terjadi apapun. Meski sebenarnya kepercayaanku terluka
Semoga jika bangun nanti aku kembali ceria dan bisa bersikap padanya sebagaimana biasa.
Pekalongan, 2 November 2015

Selasa, 30 Oktober 2018

(SHARING) Mereka yang Terhebat IBU


 Source pic : jogja.tribunnews.com
Ibu adalah satu dari orang yang kita jadikan pegangan hidup.
Ibu adalah sumber kekuatan bagi anaknya.
Dari berbagai peristiwa dan perbincangan, aku selalu kagum pada sosok IBU.
Setiap ibu adalah orang terbaik di dunia, setidaknya ia adalah yang terbaik bagi anaknya.
Ibuku, Ibu teman ku, Ibu guru, dan seluruh ibu-ibu di dunia adalah yang terbaik.

Segala perlakuan ibu pasti atas dasar “demi anak”.
Ibu mana yang tidak pernah berjuang untuk anaknya.
Mereka semua berjuang, demi anak – anaknya.
Berjuang jadi ibu rumah tangga yang baik, atau berjuang untuk bekerja demi masa depan anaknya.
Sejujurnya, setiap Ibu dari lubuk hatinya terdalam pasti bermimpi untuk menjadi “ibu rumah tangga”, yang selalu bisa dekat dengan anaknya.
Jika mereka bisa memilih, opsi tersebut adalah pilihan utama.
Sayangnya, terkadang keadaan memaksa mereka untuk bekerja dan terpisah dengan anaknya. Sakit pasti, ketika keadaan mengharuskannya mengubur impian mulia itu.
Tapi tak ada pilihan lain. Ia memilih terluka, demi kebahagiaan anaknya.

Pada suatu kesempatan, aku pernah bertemu dengan sosok ibu yang hebat.
Ibu itu rela bekerja keras demi kehidupan bahagia anaknya.
Ibu itu tak pernah mengenyam pendidikan sekolah, jadi yang ia tahu ia hanya ingin mencari uang banyak dan membuat anaknya sekolah setinggi mungkin.
Ibu itu rela menyeberangi samudera dan lautan hanya demi kebahagiaan anaknya.
Tapi apakah kau tahu bahwa ada hal berharga yang harus dibayarnya, ia harus rela berpisah dengan anaknya.
Sakit pasti, menahan rindu yang memuncak dan tak bisa bertemu anaknya selama bertahun-tahun.
Namun ia tak pernah menampakkan guratan itu dalam wajahnya yang tercermin hanyalah "aku bangga padamu nak, akan aku lakukan semuanya untuk mu".

Suatu kali pula, aku pernah bertemu dengan seorang ibu.
Dari sinar wajahnya yang mulai redup aku menebak kepribadiannya agak judes dan tak peduli.
Namun kesan pertama itu salah, dia sama sekali bukan orang yang judes dan tak peduli.
Dia justru orang yang sangat bijaksana dan pembimbing yang sabar.
Aku membaca ada banyak kelembutan dibalik sikapnya yang tegas.
Dia sosok ibu yang benar-benar ibu. Tak kalah dengan sosok ibu yang pertama.
Lama. . . sampai aku tahu bahwa ternyata dia mengalami banyak kesulitan, kehilangan cinta dan ujian besar dari sang Maha kuasa.
Mungkin itulah yang membuat sinar kebahagiaan wajahnya redup.
Tapi yang membuatku kagum, bahwa ia tak pernah menampakkan kerapuhannya.
Ia justru mencerminkan betapa ia adalah sosok wanita yang kuat dan sangat tabah.

Tiap ibu, punya kisah yang menjadikannya sebagai sosok yang kuat dan pantas dikagumi dan sejauh ini aku selalu dikelilingi dengan sosok – sosok ibu yang hebat. Dengan cerita perjuangan mereka masing – masing untuk anaknya yang menjadikan mereka sebagai sosok yang hebat.
Suatu saat aku juga akan menduduki posisi mulia itu.
Semoga aku bisa menjadi ibu yang baik, bagi anak-anakku dan anak-anak yang aku kasihi sebagai anak.

Senin, 29 Oktober 2018

(SHARING) SIAPA???


Alkisah, hiduplah seorang gadis dalam didikan kesederhanaan
Ia tumbuh menjadi gadis yang kuat, semasa kecil ia banyak bergaul dengan laki-laki
Hal itu membuatnya tumbuh menjadi gadis tomboy
Pertemanannya terjalin dengan cukup kuat, setiap hari sepulang sekolah ia selalu menghabiskan waktu bermain-main bersama temannya. Ia sudah terbiasa tidak bersama keluarganya disaat matahari mulai terlihat. Mungkin baginya, menghabiskan waktu bersama teman adalah hidup
Namun, ketika masa mengharuskan ia meninggalkan teman-temannya dan masuk dalam lingkungan baru, ia seperti kehilangan keceriaannya.
Hidup dilingkungan baru terasa sulit baginya. Ia tidak lagi punya teman bermain sepulang sekolah.
Namun nalurinya sebagai anak tak dapat dibohongi, ia ingin bermain.
Keluar, dan mencoba berbaur dengan teman didunia barunya. Namun hasilnya ia justru diabaikan. Ia tidak diterima dilingkungan barunya.
Penolakan adalah hal yang selalu membuat manusia sedih, tak peduli ia anak kecil atau bukan setiap manusia punya perasaan, termasuk anak kecil. Sontak saja hal itu membuatnya murung.
Tak pernah lagi ia mencoba berbaur dengan dunia barunya. Namun, lagi-lagi kodrah alamiah anak. Ia ingin bermain. Berlari, mencoba kembali kepada teman-teman lamanya.
Namun keinginannya tak bisa tercapai, ia kesulitan menemui temannya. Seolah-olah teman lamanya menghindar. Sedih, ia benar-benar sedih. Ia kembali dengan kekecewaan yang lebih.
Semenjak itu ia tak pernah lagi pergi untuk bermain. Ia hanya menyendiri dirumah. Semenjak itu pula senyum keceriaan mulai berkurang diwajah manisnya.
Semenjak itu pula kebiasaan memanjat pohon yang sampai membuat celananya sobek sudah tidak pernah dilakukan. Kebiasaan berlari kejar-kejaran yang sering membuat tubuhnya dipenuhi luka karena jatuh, tidak pernah ada lagi.
Kini ia lebih suka bermain dengan boneka cantiknya. Bermain dengan alat masak mainannya, bermain dengan rumah khayalannya. Menghias diri menjadi pengantin khayalan. Kekuatan berubah menjadi kelembutan.
Keadaan menumbuhkannya menjadi gadis introvert. Tertutup, pendiam dan raut tanpa ekspresi. Semenjak kekecewaan itu ia selalu takut dengan dunia baru. Ia benci dunia baru. Bagaimana menyakitnya keadaan, ia lebih suka kehidupan lamanya.
Bagaimana pun bentuknya ia selalu benci yang namanya perpisahan. Ia takut perpisahan akan merebut orang – orang yang disayang, seperti dulu. Ia takut perpisahan justru akan mengecewakan.

Kamis, 25 Oktober 2018

(PUISI) Tabir Kehidupan


Inilah kehidupan
Sesuatu terjadi pada hal-hal yang sulit dipercayai oleh akal..
Tapi jangan pernah menyalahkan akal karena sulit memahaminya
Lantaran takdir tak selalu sesuai logika akal..
Takdir terjadi karena irodah dari Sang Maha Kuasa
Tak berarti kita juga menyalahkan Sang Maha Kuasa, sebab inilah Qudrah-Nya
Tak perlu kita bersusah payah memikirkan apa yang akan terjadi pada kita
Cukup kita berpasrah pada takdir-Nya, dan berusaha agar takdir-Nya berpihak pada kita
Tak perlu takut, sebab memang tak ada yang perlu ditakutkan kecuali Dia
Dia tahu kapan harus menggunakan qudrah dan iradah-Nya
Untuk kita..demi kita..Dia mengatur yang terbaik
Maka hanya tinggal menunggu waktu saja
Disaat itu, bungamu akan mekar..
Dan wanginya akan mengalahkan wangi bunga lain,
hingga membuat mereka iri
Disaat itu, kau tidak boleh lupa diri
Sebab pencapaianmu hanyalah titipan ilahi,
Mungkin..akan diambil kembali
Maka tetaplah bersimpuh dengan penuh kerendahan hati pada jalan yang diridhoi
Begitulah caranya..hidup pada dunia yang tak abadi
Tak bermaksud menggurui..
Puisi ini hanya sebatas curahan hati..