Source pic : hellosehat.com
Kenapa judul postingannya horor
banget? Entahlah, mungkin karena saat ini saya sedang galau. Tapi bukan galau
karena cinta ya. Itu bukan saya banget (padahal udah sering...). Melainkan galau
karena kebanyakan mimpi *pen: cita-cita. Saya (selanjutnya akan menggunakan
kata “aku”, biar lebih akrab) tipe orang dengan khayalan tingkat tinggi. Karena
Pak guru bilang, “bermimpilah setinggi langit”. Akhirnya akupun
mematuhinya, sampai akhirnya mimpi itu susah terwujud karena saking tingginya.
Maka jadilah khayalan tingkat tinggiku belaka.
Dulu sewaktu masih kecil (lupa tahun berapa saya pernah kecil),
saya tidak pernah takut untuk bermimpi. Pernah saya ingin menjadi pemain film
bollywood, ingin menjadi atlet bulutangkis, ingin menjadi dokter, ingin menjadi
penulis, sampai yang terakhir ingin menjadi anggota girlgrup Korea (Impian yang
terakhir ini, asli aku nggak ngaca banget..hehe). Dari semua itu tak ada
satupun yang kesampaian. Miris. Aku merasa, “Idup gue gini amat yak..?”
Karena itu aku putuskan untuk tidak bermimpi terlalu tinggi
cukup punya pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup. Paling tidak cukup buat
makan, cukup buat ngasih uang bulanan orang tua, cukup buat perawatan kulit,
dan cukup buat belanja, satu lagi cukup buat ngasih sedekah ke orang-orang yang
membutuhkan. Kemudian dapat suami yang cukup enak dipandang, cukup punya
uang buat membiayain S2 (aku sudah berubah pemikiran, aku mau S2 dengan
biaya sendiri), cukup alim buat jadi imamku dan orang-orang sekitar. Itu aja sih,
sederhanakan? hahaha *ditampol binaragawan. Intinya, ketika sudah dewasa saya mulai
realistis untuk bermimpi. Tidak lagi mimpi setinggi langit, cukup mimpi yang
kira-kira bisa dicapai. Kenapa ya kok terjadi penurunan grafik dalam bermimpi?
Mungkin karena saat dewasa tidur kita mulai berkurang *fix gak nyambung.
Yang kedua (yang pertama aja
perasaan belom), para motivator bilang tulislah list mimpimu dikertas dan
kemudian coretlah satu persatu tiap kamu berhasil meraihnya. Maka aku turuti
petuah bijaksana itu. Selain tipe orang dengan khayalan tingkat tinggi, aku
juga tipe orang dengan banyak khayalan. Alhasil, list mimpi yang aku buat
menjadi banyak sekali, bahkan mimpi (*pen : harapan) untuk satu jam ke depan
pun saya tulis..hehe. Maka ku simpan
kertas itu dibuku harian. Ini juga memberi efek buat menulis list barang yang
aku inginkan, alhasil aku menulis semua barang yang ingin aku beli dan hasilnya
sangat panjang sekali (konsumtif).
Buku harian itu sering saya
lihat setiap hari dan otomatis list-list yang saya buat itu juga saya lihat
setiap hari, dan setiap hari pula saya melihat list-list itu belum tercoret-coret
satu pun..*sedih. Akupun sabar menunggu sampai tiba waktunya untuk mencoretnya
satu per satu, namun waktu yang saya tunggu tak kunjung datang. Sayapun
frustasi. Dengan dramatisnya saya bertanya pada diri sendiri, “kapan? kapan?
kapan?” *dengan bunyi yang menggema. Akhirnya saya malas untuk melihat
list-list itu lagi, dan saya pun memilih untuk membiarkan mimpi-mimpi saya. Namun,
disaat hati sedang dalam tekanan tersebut (karena mimpi yang tak kunjung
terwujud) saya lebih mendekatkan diri pada Allah SWT *cie-cie, dan setiap
terbesit dalam hati saya sebuah harapan, maka saya langsung menengadahkan
tangan saya dan meminta pada-Nya yang Maha Kuasa. Kadang do'a saya
berganti-ganti tiap waktu, sesuai keinginan hati pada saat itu. Namun tanpa
saya sadari, dengan sendirinya harapan-harapan saya terkabul. Rasa depresi saya
menjadi berkurang. Maka saya mulai memberanikan diri melihat list-list saya
yang dulu, dan ketika saya melihat tak terasa banyak mimpi yang sudah tercapai,
maka inilah waktunya saya untuk mencoretnya. Ye, berhasil berhasil berhasil
#dora_style.
Kesimpulannya, kalau kita punya
mimpi, usahakan mimpi kita harus realitis dengan kemampuan. Kenapa? agar kita
tak terjatuh saat mengejar mimpi. Sah-sah saja kalau kita mau bermimpi setinggi
langit, tapi jika kemampuanmu kurang maka kamu harus berusaha ribuan kali lebih
banyak dari orang biasa. "Tidak ada orang luar biasa dengan usaha
yang biasa". Bukan saja usaha fisik tetapi juga usaha batin
seperti mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Wali Dosen saya bilang,
mahasiswa itu tidur maksimal 5 jam, 19 jam sisanya digunakan untuk belajar dan
juga tirakat (usaha batin dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, agar diberi
kemudahan dalam hidup). Yups, mungkin kenapa saya tidak bisa mencapai cita-cita
setinggi langit itu karena saya minim dalam berusaha. Saya tipe orang yang bisa
dikatakan punya kemampuan diatas rata-rata teman saya (*maaf bukan sombong, ini
realita), tapi saya malas berusaha..hehe
yang kedua, (*lagi-lagi, mana yang pertama?) kalian
harus bersabar ketika mempunyai mimpi. Proses meraih mimpi itu tidak gampang
dan butuh waktu. Bukan hanya sehari dua hari. Maka kekuatan mental dibutuhkan. Kalian
sah-sah saja menulis list mimpi kalian , tapi saya sarankan kalian haruslah
orang yang punya kesabaran luar biasa. Jika tingkat kesabaran kalian
biasa-biasa saja maka, saya menyarankan kembali lebih baik list mimpi itu
disimpan ditempat yan sulit kalian jangkau. Terserah mau disimpan dimana, mau
dibakar juga boleh. Lah, hilang dong? Pokoknya biar kalian tidak melihatnya
setiap hari. Tapi satu lagi saran hebat saya (*kalau yang ini baru sombong), "Sampaikan
mimpimu pada Tuhan, biarkan ia yang mencatatnya. Kelak ia pula yang akan
mencoretnya satu persatu" Saya memang bijaksana, prok...prok...prok
#dijengkangin_kuda_nil. Intinya kalian jangan melupakan kekuasaan Tuhan dalam
proses meraih mimpi. Karena Tuhan bisa mengubah sesuatu yang mungkin menjadi
tidak mungkin, dan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. OK Sudah gitu
aja. Saya lelah. Salam Kuper. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar