Kamis, 25 Oktober 2018

Antara MIMPI dan DEPRESI



Source pic : hellosehat.com


Kenapa judul postingannya horor banget? Entahlah, mungkin karena saat ini saya sedang galau. Tapi bukan galau karena cinta ya. Itu bukan saya banget (padahal udah sering...). Melainkan galau karena kebanyakan mimpi *pen: cita-cita. Saya (selanjutnya akan menggunakan kata “aku”, biar lebih akrab) tipe orang dengan khayalan tingkat tinggi. Karena Pak guru bilang, “bermimpilah setinggi langit”. Akhirnya akupun mematuhinya, sampai akhirnya mimpi itu susah terwujud karena saking tingginya. Maka jadilah khayalan tingkat tinggiku belaka.
Dulu sewaktu masih kecil (lupa tahun berapa saya pernah kecil), saya tidak pernah takut untuk bermimpi. Pernah saya ingin menjadi pemain film bollywood, ingin menjadi atlet bulutangkis, ingin menjadi dokter, ingin menjadi penulis, sampai yang terakhir ingin menjadi anggota girlgrup Korea (Impian yang terakhir ini, asli aku nggak ngaca banget..hehe). Dari semua itu tak ada satupun yang kesampaian. Miris. Aku merasa, “Idup gue gini amat yak..?”
Karena itu aku putuskan untuk tidak bermimpi terlalu tinggi cukup punya pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup. Paling tidak cukup buat makan, cukup buat ngasih uang bulanan orang tua, cukup buat perawatan kulit, dan cukup buat belanja, satu lagi cukup buat ngasih sedekah ke orang-orang yang membutuhkan. Kemudian dapat suami yang cukup enak dipandang, cukup punya uang buat membiayain S2 (aku sudah berubah pemikiran, aku mau S2 dengan biaya sendiri), cukup alim buat jadi imamku dan orang-orang sekitar. Itu aja sih, sederhanakan? hahaha *ditampol binaragawan. Intinya, ketika sudah dewasa saya mulai realistis untuk bermimpi. Tidak lagi mimpi setinggi langit, cukup mimpi yang kira-kira bisa dicapai. Kenapa ya kok terjadi penurunan grafik dalam bermimpi? Mungkin karena saat dewasa tidur kita mulai berkurang *fix gak nyambung.
Yang kedua (yang pertama aja perasaan belom), para motivator bilang tulislah list mimpimu dikertas dan kemudian coretlah satu persatu tiap kamu berhasil meraihnya. Maka aku turuti petuah bijaksana itu. Selain tipe orang dengan khayalan tingkat tinggi, aku juga tipe orang dengan banyak khayalan. Alhasil, list mimpi yang aku buat menjadi banyak sekali, bahkan mimpi (*pen : harapan) untuk satu jam ke depan pun saya tulis..hehe. Maka  ku simpan kertas itu dibuku harian. Ini juga memberi efek buat menulis list barang yang aku inginkan, alhasil aku menulis semua barang yang ingin aku beli dan hasilnya sangat panjang sekali (konsumtif).
Buku harian itu sering saya lihat setiap hari dan otomatis list-list yang saya buat itu juga saya lihat setiap hari, dan setiap hari pula saya melihat list-list itu belum tercoret-coret satu pun..*sedih. Akupun sabar menunggu sampai tiba waktunya untuk mencoretnya satu per satu, namun waktu yang saya tunggu tak kunjung datang. Sayapun frustasi. Dengan dramatisnya saya bertanya pada diri sendiri, “kapan? kapan? kapan?” *dengan bunyi yang menggema. Akhirnya saya malas untuk melihat list-list itu lagi, dan saya pun memilih untuk membiarkan mimpi-mimpi saya. Namun, disaat hati sedang dalam tekanan tersebut (karena mimpi yang tak kunjung terwujud) saya lebih mendekatkan diri pada Allah SWT *cie-cie, dan setiap terbesit dalam hati saya sebuah harapan, maka saya langsung menengadahkan tangan saya dan meminta pada-Nya yang Maha Kuasa. Kadang do'a saya berganti-ganti tiap waktu, sesuai keinginan hati pada saat itu. Namun tanpa saya sadari, dengan sendirinya harapan-harapan saya terkabul. Rasa depresi saya menjadi berkurang. Maka saya mulai memberanikan diri melihat list-list saya yang dulu, dan ketika saya melihat tak terasa banyak mimpi yang sudah tercapai, maka inilah waktunya saya untuk mencoretnya. Ye, berhasil berhasil berhasil #dora_style.
Kesimpulannya, kalau kita punya mimpi, usahakan mimpi kita harus realitis dengan kemampuan. Kenapa? agar kita tak terjatuh saat mengejar mimpi. Sah-sah saja kalau kita mau bermimpi setinggi langit, tapi jika kemampuanmu kurang maka kamu harus berusaha ribuan kali lebih banyak dari orang biasa. "Tidak ada orang luar biasa dengan usaha yang biasa". Bukan saja usaha fisik tetapi juga usaha batin seperti mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Wali Dosen saya bilang, mahasiswa itu tidur maksimal 5 jam, 19 jam sisanya digunakan untuk belajar dan juga tirakat (usaha batin dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, agar diberi kemudahan dalam hidup). Yups, mungkin kenapa saya tidak bisa mencapai cita-cita setinggi langit itu karena saya minim dalam berusaha. Saya tipe orang yang bisa dikatakan punya kemampuan diatas rata-rata teman saya (*maaf bukan sombong, ini realita), tapi saya malas berusaha..hehe 
yang kedua, (*lagi-lagi, mana yang pertama?) kalian harus bersabar ketika mempunyai mimpi. Proses meraih mimpi itu tidak gampang dan butuh waktu. Bukan hanya sehari dua hari. Maka kekuatan mental dibutuhkan. Kalian sah-sah saja menulis list mimpi kalian , tapi saya sarankan kalian haruslah orang yang punya kesabaran luar biasa. Jika tingkat kesabaran kalian biasa-biasa saja maka, saya menyarankan kembali lebih baik list mimpi itu disimpan ditempat yan sulit kalian jangkau. Terserah mau disimpan dimana, mau dibakar juga boleh. Lah, hilang dong? Pokoknya biar kalian tidak melihatnya setiap hari. Tapi satu lagi saran hebat saya (*kalau yang ini baru sombong), "Sampaikan mimpimu pada Tuhan, biarkan ia yang mencatatnya. Kelak ia pula yang akan mencoretnya satu persatu" Saya memang bijaksana, prok...prok...prok #dijengkangin_kuda_nil. Intinya kalian jangan melupakan kekuasaan Tuhan dalam proses meraih mimpi. Karena Tuhan bisa mengubah sesuatu yang mungkin menjadi tidak mungkin, dan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. OK Sudah gitu aja. Saya lelah. Salam Kuper. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar